Ahad 26 Jan 2014 06:08 WIB

Bekerja

Muslimah bekerja di luar rumah (ilustrasi).
Foto: Antara/Septianda Perdana
Muslimah bekerja di luar rumah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dedi Nugraha

Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya dan orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Dan kamu dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui hal gaib dan nyata, lalu diberitakan-Nya kepadamu yang telah kamu kerjakan.” (QS at-Taubah: 105).

Allah SWT memerintahkan orang-orang beriman untuk bekerja dan beramal. Ditinjau dari sisi kesehatan, bekerja membuat kita sehat. Otot-otot berkontraksi dan berelaksasi secara teratur.

Otak dan saraf bekerja mengoordinasikan organ dan anggota tubuh pada fungsi dan perannya masing-masing. Kelenjar keringat bekerja mengeluarkan zat-zat buangan. Jantung berpacu dalam ritme normal, sehingga menjalankan fungsinya dengan baik.

Dari sisi agama, bekerja adalah ibadah. Karena, bekerja atau beramal adalah proses optimalisasi potensi yang dimiliki untuk memakmurkan bumi dan membuat kemaslahatan hidup.

Allah SWT berfirman, “Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya.” (QS Huud: 61).

Bahkan, bagi seorang mukmin, bekerja bukan sebagai pemenuhan kewajiban atau tuntutan hidup semata. Bekerja juga merupakan bentuk syukur kepada Allah.

Allah SWT berfirman, “Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.” (QS Saba: 13).

Ketika malas bekerja, enggan beramal, hakikatnya kita tidak bersyukur atas karunia yang telah Allah limpahkan kepada kita. Bukankah Allah telah memberi kita badan yang kuat dan jasmani yang sehat; mengapa kita tidak menggunakannya untuk beramal?

Bukankah itu berarti kita tidak bersyukur atas potensi yang Allah berikan? Allah telah menyediakan segala sarana hidup yang teramat banyak; mengapa kita tidak mau mengolahnya untuk menghasilkan kemanfaatan?

Bukankah itu berarti kita tidak bersyukur atas segala sarana yang telah disediakan Allah? Para nabi kekasih Allah pun adalah orang-orang yang mencintai kerja. Mereka adalah orang-orang yang giat bekerja.

Padahal, mudah saja bagi Allah membuat mereka kaya raya tanpa harus bekerja. Tetapi, inilah nilai tarbiah bagi kita dalam bekerja ada kemuliaan. Rasulullah SAW juga seorang yang sejak muda sudah bekerja keras.

Tidaklah Allah mengutus seorang nabi, melainkan dia menggembala kambing.” Ketika para sahabat bertanya, “Dan engkau juga, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ya, aku menggembala kambing penduduk Makkah dengan upah beberapa qirath.” (HR Imam Bukhari).

Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada seorang pun memakan sesuatu yang lebih baik daripada memakan hasil kerjanya sendiri. Dan, Nabi Daud makan dari hasil usahanya sendiri.” (HR Imam Bukhari).

Dalam hubungannya dengan pewarisan antargenerasi, semangat bekerja inilah yang sepatutnya kita wariskan kepada anak-cucu kita. Semangat dan cinta kerja dalam pengertian yang luas. Bekerja dalam arti beramal saleh dan berbuat baik.

Bekerja dalam pengertian menebarkan kebajikan, memperbanyak kebaikan, dan mengajak orang lain untuk bersama-sama berbuat baik. Wallahu alam bish shawab.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement