REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Aksi protes anti-pemerintah terus turun ke jalan-jalan. Mereka saling kejar-kejaran dengan polisi yang menembakkan peluru dan gas air mata. Akibat bentrok tersebut, seorang pemuda anggota gerakan 6 April tewas.
Dilansir dari BBC News, penangkapan dilakukan di Kairo dan Alexandria. Tak hanya pendukung Mursi, namun lawan sekuler dari pemerintahan militer yang menggelar aksi protes juga ikut ditangkap. Padahal, Mesir tengah memperingati tiga tahun pemberontakan yang menggulingkan Presiden Husni Mubarak pada 2011.
Sissi selama ini disebut akan mencalonkan diri sebagai presiden Mesir. Helikopter Angkatan Darat mengudara di atas kepala dan menjatuhkan bendera Mesir serta kupon untuk selimut gratis. Massa telah tiba sepanjang sore, banyak dari mereka meneriakan, tuntutan pengadilan untuk Ikhwanul Muslimin.
"Kami ingin menunjukkan kami tak akan kembali ke Ikhwanul Muslimin, dan kami tak akan takut dengan terorisme mereka," kata Muhammad Salam salah satu warga Mesir yang turut memasuki Tahrir Square.
Aliansi anti-kudeta yang dipimpin Muhammad Mursi disebut akan memulai aksi protes 18 hari yang dimulai Sabtu. Langkah tersebut mencerminkan aksi protes 18 hari yang dilakukan tiga tahun lalu, saat penggulingan presiden Husni Mubarak.
Selama ini Ikhwanul Muslimin rutin menggelar aksi protes sejak penggulingan Mursi. Ratusan pendukung Mursi tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan Mesir, sementara ribuan lainnya ditahan.
Ikhwanul Muslimin telah dinyatakan sebagai organisasi teroris dan dituduh oleh pemerintah berada di balik serangkaian kekerasan. Ikhwanul Muslimin membantah segala tuduhan tersebut.
Dalam pernyataan yang menantang Sabtu lalu, Ikhwanul Muslimin bersumpah akan terus turun ke jalan sampai mendapatkan kembali haknya. Ikhwanul juga meminta dihentikannya kudeta militer dan mengadili para pembunuh anggota mereka.