REPUBLIKA.CO.ID, SAMANGAN - Lebih dari separuh anak perempuan Afghanistan menderita kerusakan pikiran dan tubuh mereka akibat menderita gizi buruk. Kondisi ini semakin parah dalam dua tahun terakhir.
"Ini berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan fungsi kognitif otak mereka. Dalam jangka panjang, ini akan berdampak pada perekonomian nasional. Tingkat kecerdasan generasi mudanya tidak mampu mencapai apa yang seharusnya bisa mereka capai. Perempuan-perempuan yang menikah muda melahirkan bayi yang kecil," ujar Carrie Morrison dari Program Pangan Dunia, dilansir dari the Guardian, Senin (27/1).
Anak-anak tidak mendapatkan cukup nutrisi dan makanan sehingga mereka mengalami kekurangan gizi kronis. Masalah ini, ujar Morrison memang menimpa negara-negara miskin di seluruh dunia, namun di Afghanistan dampaknya terus menerus dan semakin meluas.
Satu dekade setelah jatuhnya pemerintahan Taliban, 55 persen anak-anak di negara ini terhambat menerima pasokan makanan yang memadai.
Statistik ini tentunya memberatkan kekuatan Barat yang mengaku telah menuangkan miliaran dolar AS untuk mendanai pembangunan dan rekonstruksi di Afghanistan. AS sendiri mengklaim telah menghabiskan 90 miliar dolar AS untuk modernisasi Afghanistan.
Afghanistan tetap menjadi negara termiskin di dunia dengan angka harapan hidup rendah, dan kesehatan yang buruk bagi ibu dan anak. Studi Bank Dunia menunjukkan malnutrisi mengurangi pendapatan nasional Afghanistan dua hingga tiga persen setiap tahunnya. Artinya, sekitar setengah miliar dolar AS di Afghanistan hilang hanya karena kekurangan gizi.