Senin 27 Jan 2014 15:20 WIB

Berdakwah di Tepi Sungai Turag, Bangladesh

Muslim Bangladesh.
Foto: AFP
Muslim Bangladesh.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fuji Pertiwi

Di tepi Sungai Turag, Bangladesh, jutaan orang berhimpun. Mereka bersama-sama berbagi ilmu dan merumuskan jalan dakwah. Jamaah Tablig, sebuah kelompok dakwah, menghelat acara yang dinamakan Bishwa Ijtima.

Jamaah berdatangan, baik dari dalam maupun luar negeri. Ersadul Haque, panitia penyelenggara, mengatakan, acara ini digelar dalam dua fase. Pertama, pada Jumat (24/1) hingga Ahad (26/1) dan kedua pada 31 Januari hingga 2 Februari 2014.

Ini tak seperti puluhan tahun sebelumnya yang hanya satu fase. Haque menjelaskan, pertimbangannya soal keamanan Bangladesh dalam tiga tahun terakhir ini. “Tujuan lainnya, agar kami dapat mengelola jamaah dengan baik,” katanya.

Pada fase pertama, jamaah dari 32 distrik di Bangladesh memadati lokasi Bishwa Ijtima. Sedangkan, jamaah dari 32 distrik tersisa baru bergerak pada akhir Januari. Pada fase ini, jamaah dari 80 negara bergabung. Tapi, saat ini mereka telah berdatangan ke Bangladesh.

Haque menjelaskan, Jamaah Tabligh telah lama menempuh aktivitas dakwah di seluruh dunia. Dan, berkali-kali melaksanakan kegiatan semacam ini. Ia memperkirakan, ada dua hingga tiga juta jamaah datang ke tepi Turag.

Jumlah jamaah pada kegiatan tersebut merupakan yang terbesar kedua setelah jamaah haji di Makkah. Jamaah dari luar negeri yang datang ke Bangladesh, termasuk dari AS, Inggris, Afrika Selatan, Arab Saudi, Kuwait, India, Pakistan, Cina, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Jepang.

Pemerintah Bangladesh memfasilitasi berkumpulnya jutaan jamaah hampir dari seluruh dunia ini. Otoritas Kereta Api dan Transportasi Darat menyediakan layanan kereta api dan bus khusus. Moda transportasi itu untuk mengangkut jamaah ke tempat tujuan.

“Tujuan kami memperoleh ridha Allah SWT,” kata Muhammad Quasim yang datang dari Afrika Selatan kepada laman berita Onislam, akhir pekan lalu. Ia berencana tinggal di Bangladesh selama satu chilla, berarti 40 hari untuk berdakwah.

Tekad Quasim hanya satu, menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Meski sanjungan muncul, sejumlah kritikan juga tertuju pada Jamaah Tablig. Mohammad Yosuf, associate professor dari National University, mengakui, aktivitas Jamaah Tabligh sangat positif.

“Namun, mestinya mereka bekerja untuk emansipasi seluruh umat manusia,” kata Yosuf. Jurnalis senior dan mantan presiden Persatuan Reporter Dhaka Mahfujur Rahman berpandangan serupa. “Tablig atau mendakwahkan Islam seharusnya untuk non-Muslim bukan Muslim.”

Fahad M Panggaga, jamaah asal Filipina, menolak penilaian Yosuf dan Rahman. Menurut dia, Bishwa Ijtima membantu dirinya mengetahui lebih dalam tentang ajaran Islam.

Ia pun dapat belajar bagaimana berdakwah yang baik melalui kegiatan ini. Setiap Muslim, kata dia, idealnya menyisihkan waktunya untuk mendakwahkan Islam ke seluruh dunia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement