Senin 27 Jan 2014 17:04 WIB

Berkah Kalung Mutiara

Kalung mutiara
Foto: pearlsonly.com
Kalung mutiara

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Ia akhirnya menikahi putri pemilik kalung yang dikembalikannya.

Meski sedang dalam keadaan sangat membutuhkan, iman dan kebaikan selalu diutamakan. Sikap yang seperti ini dibalas dengan kemakmuran yang lebih suatu saat nanti.

Dalam kitab Dzailu Thabaqatil Hanabilah karya al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali, diceritakan saat itu ada seorang ahli agama bernama Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi, yang tinggal di Makkah dengan kondisi serbakekurangan dan kelaparan.

Pada suatu hari, ia menemukan sebuah kantong sutra nan indah, yang terikat dengan tali sutra yang terlihat mahal. Saat itu, ia sedang dalam kondisi yang sangat lapar.

Ia tak memiliki apa pun untuk mengisi perutnya. Dalam kondisi ekonomi yang serbakekurangan, kantong sutra tersebut ia rasa akan menjadi berkah baginya.

Ia pun pulang membawa kantong sutra itu. Setibanya di rumah ia terkejut melihat isinya yang berupa sebuah kalung mutiara yang sangat indah. Ia belum pernah melihat perhiasan seindah itu.

Dengan tersenyum lebar ia merasa mendapatkan jalan untuk melawan kelaparan yang melandanya. Ia berniat akan segera menjual kalung tersebut untuk kemudian dibelanjakannya dengan berbagai makanan yang enak-enak.

Ia kemudian mendengar kabar, ada seorang pria berusia lanjut yang telah kehilangan sebuah kantong berisi kalung mutiara dan menawarkan hadiah sebanyak 500 dinar untuk orang yang menemukan dan menyerahkan kembali kantong tersebut kepadanya.

"Aku sedang butuh uang sekarang ini. Aku bisa memanfaatkan hadiah tersebut dan mengobati rasa laparku," ungkap Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi membatin.

Ia pun menemui lansia yang sedang mencari kantong tersebut. Ia pun menanyakan ciri-ciri kantong yang hilang dan ternyata cocok dengan kantong yang ditemukannya. Ia pun mengeluarkan kantong tersebut dan dikembalikannya pada orang tersebut.

Saat akan menerima hadiah sebesar 500 dinar sesuai yang dijanjikan, imannya diuji. Akhirnya, ia mantap untuk tetap menolak upah hadiah tersebut, meski merasakan lapar yang sangat melilit perutnya.

Sang pemilik kantong mendesaknya terus, tapi ia tetap teguh dengan pendiriannya. Dengan senyum yang puas, akhirnya sang pemilik kantong pun pergi setelah mengucapkan rasa terima kasih padanya.

Lama berselang sejak peristiwa tersebut, ia kemudian meninggalkan Makkah, pergi merantau mengarungi lautan.

Tiba-tiba, perahu yang ia tumpangi terhantam badai dan tenggelam. Ia bersyukur bisa selamat karena berpegangan pada pecahan kayu yang terapung.

Ia terombang-ambing di lautan hingga beberapa waktu tanpa tahu arah. Hingga akhirnya, ia terdampar di sebuah pulau makmur yang penduduknya kemudian beramai-ramai menolongnya.

Setelah sadar dan kondisinya mulai sehat, ia pun singgah ke sebuah masjid. Ia kemudian membaca ayat-ayat Alquran di sana.

Penduduk setempat yang mendengar lantunan suaranya pun terkesima karena merdu dan pandainya. "Ajarilah kami membaca Alquran," ujar para penduduk di sana. Ia pun setuju.

Hingga lama kemudian, ia pun menjadi guru mengaji di daerah baru tersebut. Selain guru mengaji, karena kepandaiannya, ia juga didaulat sebagai guru baca tulis.

Tak pernah lagi ia kekurangan dalam hal ekonomi. Rezeki terus mengalir karena kepercayaan penduduk yang menunjuknya sebagai guru.

Satu hal lagi rezeki yang mengejutkan datang kepadanya. Datang kepadanya salah seorang tokoh masyarakat yang dihormati oleh penduduk di sana, kemudian berkata kepadanya,

"Di sini ada seorang anak perempuan yatim. Selain cantik, ia juga mewarisi harta yang sangat banyak. Kami ingin Anda menikahinya."

Ia pun menolak dengan halus tawaran tersebut. Meski masih bujangan, ia tak menghendakinya. Namun, penduduk di daerah tersebut tidak menyerah, mereka terus membujuk dan memaksanya untuk menikahi perempuan cantik tersebut.

Ia kemudian bertemu dengan perempuan tersebut. Ia sangat terkejut, bukan karena kecantikan perempuan tersebut, melainkan karena kalung yang menjuntai di lehernya. Ia ingat benar, kalung tersebut adalah yang pernah ia temukan saat masih tinggal di Makkah dulu.

Ia kemudian menceritakan kisahnya saat menemukan kalung tersebut kepada penduduk. Para penduduk pun terperanjat. Takbir dan tahlil pun dikumandangkan oleh seluruh penduduk pulau. Mereka menjelaskan, pemilik kalung tersebut adalah ayah dari perempuan cantik tersebut.

Sebelum meninggal, ia pernah bercerita. "Aku belum pernah menemukan seorang Muslim sejati di dunia ini, selain orang yang telah mengembalikan kalungku ini kepadaku. Setelah itu, aku selalu berdoa kepada Allah agar bisa mempertemukanku lagi dengannya sehingga aku bisa menikahkannya dengan putriku," ujar salah seorang penduduk yang menceritakannya.

Rasa syukur terus dipanjatkannya. Ia tak menyangka satu kebaikan yang pernah dilakukannya dulu dibalas dengan nikmat yang begitu besar oleh Allah SWT.

Ia kemudian menikahi perempuan tersebut, hidup di pulau, melanjutkan menjadi guru, dan tidak pernah lagi mengalami kekurangan ekonomi. Ia kemudian dikaruniai dua orang anak. Setelah ia lanjut usia, kalung tersebut harganya telah menjadi 100 ribu dinar.

Jika menemukan barang temuan, dalam hadisnya, Rasulullah SAW berkata, "Perhatikan tempat dan pengikatnya, lalu umumkan selama setahun. Jika pemiliknya datang, berikanlah dan jika tidak, maka terserah engkau."

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement