REPUBLIKA.CO.ID, ALQUDS -- Menteri Kehakiman dan kepala negosiator Israel, Tzipi Livni, mengatakan negosiasi dengan Palestina tidak bertujuan untuk membicarakan perdamaian, tetapi untuk mencapai kesepakatan yang melayani kepentingan Israel.
Dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan oleh radio Israel pada Selasa (28/1), dia menegaskan bahwa Israel tidak akan masuk ke ranah politik untuk memenuhi keinginan presiden Amerika atau kepentingan Palestina. Tetapi, Israel bergerak untuk mencapai kesepakatan yang melayani kepentingan Israel.
"Kami akan tetap mengakui beberapa bagian dari negeri ini untuk menjaga nilai-nilai negara Yahudi dan demokratis," tambah Livni seperti laporan kantor berita Gaza Al-Ray yang dikutip MINA.
Negosiasi langsung antara Israel dan Palestina dimulai pada 29 Juli 2013 menyusul upaya oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, untuk memulai kembali proses perdamaian.
Martin Indyk yang diangkat oleh AS untuk mengawasi negosiasi tersebut bertugas di Brookings Institution, Washington. Selama pemerintahan Bill Clinton, ia menjabat sebagai Duta Besar AS untuk Israel dan menjadi asisten menteri luar negeri untuk urusan Timur Dekat.
Negosiasi direncanakan berlangsung selama sembilan bulan untuk mencapai status akhir dalam konflik Palestina-Israel pada pertengahan 2014.