REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) gagal memecahkan kebuntuan perundiangan damai Suriah di Jenewa. Kebuntuan terjadi setelah pemerintah Suriah keberatan atas usulan AS membantu oposisi.
Bersamaan dengan itu, tim PBB, Selasa (28/1), tak dapat maju menuju pusat Kota Homs untuk menyalurkan bantuan makananan.
Aljazeera melaporkan, usai pembicaraan yang alot Senin (27/1) pagi, mediator PBB Lakhdar Brahimi memutuskan untuk membatalkan diskusi Selasa siang. Ia mengumpulkan semua pihak untuk memulai sesi yang diharapkan bisa lebih baik, Rabu (29/1) pagi ini. "Tidak ada yang keluar atau pergi," kata Brahimi.
Diakuinya belum ada terobosan baru atas bekunya pembicaraan. Namun Brahimi melihat ini masih lebih baik.
Anggota tim negosisasi oposisi Rima Fleihan dalam wawancaranya dengan AFP mengatakan, Brahimi menunda pertemuan karena perwakilan Rezim Assad tak kooperatif di semua pertemuan. Baik terkait kemanusiaan atau pun pemerintahan transisi.
"Oposisi sudah menunjukkan kebersediaan untuk membicarakan rencana pembentukan pemerintah transisi. Tapi pemerintah menolak untuk ikut," kata Fleihan.
Utusan kubu Assad keberatan dengan usulan Washington mempersenjatai oposisi. Mereka melihat keputusan itu dapat dianggap sebagai upaya menghentikan solusi politik Suriah yang berusaha dibangun melalui dialog.
Juru bicara Kementeria Luar Negeri AS, Edgar Vasquez mengatakan tudingan negara paman Sam mendukung teroris merupakan hal yang bodoh. "Rezim Assad adalah magnet teroris. Justru Assad yang menjadi sumber kekerasan brutal yang terjadi di Suriah hingga hari ini," kata Vasquez.
Ia mengungkapkan AS justru mendukung penyelesaian moderat memalui dialog politik dan militer oposisi yang berjuang melawan penindasan atas rakyat Suriah.