REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Bank sentral India secara tidak terduga menaikkan suku bunga acuan. Gubernur Raghuram Rajan menaikkan ratif repo dari 7,75 persen menjadi 8,0 persen.
"Risiko paling parah atas nilai tukar rupee adalah inflasi IHK yang tetap tinggi mendekati dua digit," kata Rajan dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Bloomberg, Rabu (29/1).
Kenaikan suku bunga acuan diharapkan dapat menurunkan inflasi ke tingkat yang lebih rendah dan stabil. Kebijakan moneter diharapkan dapat berkontribusi untuk menghidupkan kembali konsumsi dan investasi secara berkelanjutan.
Tindakan India ini dilakukan tidak lama setelah Brasil menaikkan suku bunga acuannya akibat pelemahan nilai tukar. India mengharapkan kenaikan suku bunga acuan dapat menurunkan inflasi dari 10 persen menjadi delapan persen pada Maret 2015.
Ekonom di Nomura Holdings Inc Sonal Varma mengatakan, suku bunga tinggi ini akan bertahan selama beberapa waktu ke depan. "Selama tekanan harga masih tetap tinggi, suku bunga masih akan tinggi," kata dia.