REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Akibat angin kencang dan ombak yang cukup tinggi, nelayan di pantai selatan Pulau Bali sudah dua pekan lebih tidak beroperasi. Keadaan itu, kata Wahyudi, sangat mengganggu keadaan ekonomi rumah tangganya.
"Kami semata-mata mengandalkan ekonomi keluarga dari hasil tangkapan di laut. Kalau tidak melaut selama ini, tentu tidak ada pemasukan," katanya.
Kepada Republika di Denpasar, Rabu (29/1), Wahyudi mengatakan, dia berencana mencari pekerjaan lain. Namun untuk mendapatkan pekerjaan baru, perlu waktu dan keterampilan sesuai yang disyaratkan oleh pemberi kerja.
Karenanya, sambung Wahyudi selama beberapa hari dia di Denpasar, hanya menumpang di rumah keluarga sampai mendapatkan pekerjaan. "Kalau seperti saya, ya paling bisa menjadi buruh bangunan," kata pencari udang lonster itu.
Dengan pertimbangan itu sambung Wahyudi, dia berangkat ke Denpasar untuk mencari pekerjaan. Hanya sebutnya, belakangan proyek pembangunan perumahan di Denpasar juga lagi sepi dan kalau pun ada yang membangun, tenaga kerjanya sudah cukup, sehingga belum memerlukan tenaga baru.
Nelayan lainnya, Yahya Anshori yang tinggal di Pengambengan, Kabupaten Jembrana mengatakan, dia sudah lebih dari sebulan tidak melaut, lantaran perahu yang diikutinya untuk sementara menghentikan operasi. Selain angin kencang sebutnya, ikan juga sangat sulit didapat.
Kalau keadaan normal sebut Yahya, perahunya yang menangkap ikan dengan jaring porsesaine bisa mendapat ikan sampai 30 ton untuk sekali melaut.
Tapi belakangan, hasilnya hanya satu sampai dua ton saja, sehingga hasilnya tidak mencukupi untuk biaya operasional perahu. "Karena hasil tangkapan yang masih sepi, juragan kami menghentikan sementara operasi perahu, karena khawatir merugi terus," katanya.