REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat menyambut pembebasan tujuh tahanan pemberontak oleh Sudan Selatan. Tetapi, AS mendesak Juba untuk melepaskan empat tahanan lainnya untuk membantu meningkatkan upaya rekonsiliasi politik.
Pemerintahan Juba membebaskan tujuh dari 11 pemimpin kunci yang ditahan setelah beberapa bulan lalu diduga melakukan kudeta terhadap Presiden Salva Kiir. Pemerintah menyerahkan mereka ke pihak berwenang Nigeria.
"Ini merupakan langkah penting menuju dialog politik inklusif," kata Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki, Kamis (30/1).
"Kami mendesak pemerintah Sudan Selatan untuk membebaskan empat yang tersisa," katanya "Partisipasi penuh semua tahanan politik sangat penting untuk dialog politik."
Pembebasan semua tahanan telah menjadi tuntutan utama pemberontak. Empat pemimpin masih di dalam tahanan di Sudan Selatan, menghadapi pengadilan karena berusaha untuk menggulingkan Kiir setelah pertempuran pecah di ibu kota Juba pada 15 Desember.
Kiir menuduh wakil presiden yang dipecatnya, Riek Machar, dan para mantan pejabat lainnya mengobarkan kudeta terhadap pemerintahannya.
Kedua pihak menerapkan gencatan senjata pada Jumat. Tetapi, pertempuran hanya mereda tanpa pernah benar-benar berakhir.
Laporan-laporan bentrokan berlanjut dan memburuknya krisis kemanusiaan telah menewaskan ribuan orang dan memaksa hampir 800.000 meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi.