Kamis 30 Jan 2014 17:17 WIB

Rupiah Melemah, Suku Bunga Bank Jangan Naik Tinggi

Rep: Elba Damhuri/ Red: Karta Raharja Ucu
Mata uang Rupiah.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Mata uang Rupiah.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Efek pengurangan stimulus The Fed terus berdampak di banyak negara berkembang termasuk Indonesia. Ini terlihat dari terus melemahnya nilai tukar mata uang emerging markets termasuk rupiah atas dolar AS.

Bank Indonesia (BI) pun diminta untuk tidak terlalu bereaksi keras dengan menaikkan suku bunga bank. "BI memang harus menjaga rupiah agar stabil,tetapi tidak dengan menyuntikkan obat kenaikan yang bikin overdosis," kata Direktur The Finance Eko B Supriyanto, Kamis (30/1).

Depresiasi rupiah memang signifikan dan itu terjadi merata di banyak negara. Perbankan, menurut Eko, harus tetap menjaga likuiditasnya dan sekaligus menjaga kualitas kredit.

The Fed kembali mengurangi stimulus sebesar 10 miliar dolar AS  menjadi 65 miliar dolar.The Fed juga menyatakan bahwa tapering (pemotongan stimulus ekonomi) masih akan dilakukan seiring membaiknya data ekonomi AS.

Awalnya, The Fed membeli obligasi negara dan swasta hingga 85 miliar dolar AS per bulan. Tujuannya untuk menggerakkan ekonomi, mengangkat pertumbuhan, menaikkan pendapatan, membuka lapangan kerja baru, ekspansi usaha, pembangunan infrastruktur, dan mendorong laju konsumsi dalam negeri.

Sejak awal tahun ini, The Fed mengurangi stimulus tersebut sebesar 10 miliar dolar AS pada Januari dan 10 miliar lagi pada Februari.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement