REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perayaan Tahun Baru Cina ternyata menimbulkan keprihatinan lingkungan. Bukan hanya polusi suara, sejak 2012 Pemerintah Cina dan kelompok masyarakat peduli lingkungan mulai menyadari gelegar jutaan petasan selama perayaan Tahun Baru Cina juga telah ikut menaikkan tingkat polusi udara.
Direktur Institut Keamanan Lingkungan dan Publik Ma Jun mengatakan sudah terbukti bahwa penggunaan kembang api dan mercon dalam jumlah banyak mengakibatkan peningkatan polusi udara.
Ia mencontohkan pada 22 Januari 2012 sehari setelah perayaan Tahun Baru Cina alat pengukur polusi udara di Chengongzhuang, Beijing mencatat tingkat polutan PM 2,5 meningkat dari 40 mikrogram pada pukul 06.00 menjadi 1.593 mikrogram per meter kubik pada tengah malam.
Pembatasan dengan mensyaratkan penyertaan identitas diri bagi masyarakat yang membeli petasan dan kembang api lebih dari yang disarankan, mau tidak mau berdampak turunnya keuntungan para produsen petasan serta kembang api.
Untuk tahun ini, khusus di Beijing, terdapat beberapa kios khusus petasan serta kembang api yang tersebar di enam distrik dengan jumlah petasan dan kembang api yang dijual sekitar 500 ribuan buah.
"Seperti ada yang kurang, perayaan Tahun Baru tanpa petasan dan kembang api. Itu sudah tradisi turun temurun, dan ada maksud dibalik itu yakni mengusir kekuatan jahat, agar tahun mendatang lebih baik, lebih mendatangkan kemakmuran dan keberuntungan," kata seorang sepuh, Wang Li, di Distrik Chaoyang, Beijing, Jumat (31/1).
Seperti tahun sebelumnya, detik-detik datangnya Tahun Baru Cina 2565 yang merupakan Tahun Kuda Kayu dimanfaatkan masyarakat di Cina berkumpul dengan keluarga, makan bersama, dan menyalakan petasan serta kembang api, hingga puncaknya pada pukul 00.00.
Gelegar petasan dan kembang api akan terdengar selama tujuh hari liburan perayaan Tahun Baru China dimana pada tahun ini jatuh sejak 31 Januari hingga 6 Februari mendatang.