REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kendati masih dalam suasana duka atas kepergian Kiai Sahal Mahfudz, peringatan hari lahir Nahdlatul Ulama (NU) ke 88 dibanjiri warga Nadliyin. NU berkomitmen untuk terus hadir dan bermanfaat bagi Indonesia.
Ketua Pengurus Besar NU Said Aqil Siroj, Jumat (31/1) malam, di Gedung PBNU Jakarta Pusat, mengatakan NU kehilangan Kiai Sahal Mahfudz, ulama yang memiliki keluasan ilmu dan keteguhan sikap.
Semasa hidup Kiai Sahal telah menulis tujuh judul buku berbahasa Arab dan puluhan lainnya dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. ''Kezuhudan adalah sikap beliau yang patut dicontoh,'' kata Said.
Dengan bersemangat, Said mengatakan NU, sekarang dan seterusnya, akan selalu hadir di masyarakat sebagai penguat, pendorong, dan penyelamat kalimatul haq, budaya kemanusiaan dan keutuhan bangsa. Utuh dalam ekonomi, politik, budaya, dan jati diri bangsa yang tergerus globalisasi.
Said juga mengatakan NU sudah jauh lebih dulu mengenal empat pilar kebangsaan sebelum dikenalkan almarhum Taufiq Kiemas. PBNU: Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945.
''Alhamdulillah Indonesia tak seperti Timur Tengah. Mereka tak punya kelompok sipil nonpemerintah yang besar dan solid seperti kita. Doakan NU tetap bermanfaat,'' ungkap Said.
NU, lanjut Said, milik masyarakat. Sehingga saat ada konflik pemerintah dan masyarakat, NU menyelamatkan. Said menyayangkan kondisi Irak, Suriah, Mesir, Libya yang belum usai konfliknya.