REPUBLIKA.CO.ID, Abu Hurairah sangat menyayangi ibunya, terlebih setelah ibunya masuk Islam. Dia selalu hormat dan berbakti kepada ibunya. Setiap akan pergi meninggalkan rumah dia berdiri lebih dahulu di depan pintu kamar ibunya mengucapkan salam, “Assalamu‘alaiki wa rahmatullah wa barakatuh, ya ummah!” Ibunya menjawab dengan lembut, “Waalaikassalam wa rahmatullahi wa barakatuh, ya bunayya.”
Kemudian, Abu Hurairah mendoakan ibunya, “rahimakillahu kama rabbaytini shaghira”(semoga Allah mengasihi ibu sebagaimana ibu merawatku waktu kecil). Ibunya mem ba las doa putranya dengan doa yang tidak kalah indahnya, “wa rahimakallahu kama barartani kabira” (semoga Allah mengasihimu sebagaimana engkau berbuat baik kepadaku setelah engkau dewasa).
Abu Hurairah aktif mengajak orang lain agar memuliakan dan berbuat baik dan menyayangi kedua orang tua. Suatu hari dia melihat dua orang berjalan bersama, yang satu lebih tua dari lainnya. Abu Hurairah bertanya kepada yang muda, siapa orang tua ini? “Ba pakku”, jawab anak muda itu.
Lalu Abu Hurairah menasihatinya. “Janganlah engkau memanggilnya dengan menyebut namanya. Jangan berjalan di hadapannya. Dan jangan duduk sebelum dia duduk lebih dahulu.” Begitulah, sisi lain Abu Hurairah, yang sangat sayang kepada ibunya dan hormat kepada yang lebih tua.