REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Esthi Maharani
Kabar tentang adanya barter jabatan yang diberikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada Wakil Presiden Boediono sudah dibantah dan dijelaskan secara langsung oleh Presiden SBY lewat bukunya Selalu Ada Pilihan. Pada halaman 133, Presiden SBY menilai fitnah tersebut tak kalah seru dengan fit nah lainnya, bahkan cenderung kreatif.
"Pada saat Pak Boediono, Gu ber - nur BI waktu itu, memutuskan untuk melakukan penyelamatan Bank Cen- tury di akhir November 2008, dikata kan seseorang bahwa sayalah yang memintanya. Dengan imbalan Pak Boediono akan saya jadikan wakil presiden pada pemilihan presiden tahun 2009, atau tahun depannya. Le bih lanjut sang juru fitnah itu menga takan bahwa tindakan itu termasuk gratifikasi. Coba, kreatif kan?" tulisnya di buku setebal 824 halaman itu.
Ia lantas menceritakan awal mu la Boediono yang dipinang se bagai wakil presiden. Ia mengatakan Boediono dipilih setelah ia meminta pengamat politik, Saiful Mujani, un tuk me lakukan survei siapa-siapa yang patut dipertimbangkan untuk mendampinginya. Survei pun baru dilakukan sekitar April hingga Mei 2009, ketika Partai Demokrat bisa mengusung calon presiden-nya sendiri tan pa bergabung dengan partai lain.
Metode yang dilakukan untuk men- jaring sosok potensial calon wakil presiden (cawapres) itu di samping survei terhadap masyarakat, juga ada jajak pendapat untuk kelompok me - nengah dan juga diskusi dengan para opinion leaders. Diskusi dengan para opinion leadersdilakukan di enam kota besar, yakni Jakarta, Bandung, Yogya - karta, Sura baya, Medan, dan Makassar.
Awal Mei 2009, keseluruhan jajak pen- dapat itu selesai dilaksanakan. "Hasilnya, dari sekian banyak calon yang disurvei, Pak Boediono-lah yang nilainya paling tinggi. Hasil resmi survei calon wakil presiden itu hingga kini masih saya simpan de ngan rapi sebagai dokumen sejarah," kata SBY.
Setelah itu, ia pun mulai mengundang Boediono ke kediamannya di Cikeas untuk berbincang. Saat per- tama kali ditawari menjadi cawapres, Boediono tidak bersedia. Namun, sekitar satu minggu kemudian diajak ber bicara hal yang sama, Boediono mulai berpikir. Boediono pun meminta izin untuk berkonsultasi dengan keluarga."Tentu saya tidak perlu menceritakan apa yang terjadi setelah itu. Semuanya telah menjadi bagian dari sejarah kita. Cuma, kalau semua pihak mengetahui sejarah dan proses saya memilih Pak Boediono sebagai calon wakil presiden dulu, yang difitnahkan kepada saya dan Pak Boediono, itu sungguh keterlaluan," katanya.
Sebelumnya, muncul tudingan dari mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli soal barter jabatan Wapres Boediono. Bahkan, Rizal menuding telah ada gratifikasi jabatan di balik penunjukan Boediono. Atas segala tudingan itu, SBY tak hanya membantah lewat bukunya. Tapi, SBY juga melayangkan surat somasi atas tudingan Rizal tersebut. Somasi diberikan oleh kuasa hukum keluarga SBY, Palmer Situmorang. Palmer balik menantang Rizal agar membuktikan soal gratifikasi jabatan di mata hukum. "Sifatnya somasi ini adalah meminta klarifikasi. Kami ingin meminta bukti dari ucapannya (Rizal) itu," ujar Palmer. (ed: abdullah sammy)
Informasi dan berita lainnya silakan dibaca di Republika, terimakasih.