REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pihak oposisi antipemerintah Ukraina meminta bantuan negara-negara Barat untuk mengakhiri krisis. Langkah ini dilakukan menyusul adanya sejumlah aktivis demonstran yang diculik dan disiksa.
Dilansir dari AFP, salah satu tokoh oposisi Dmytro Bulatov mengaku telah disiksa setelah menghilang selama delapan hari. Ia pun dibawa ke luar negeri untuk penyembuhan.
Pemimpin oposisi Vitali Klitschko mengatakan peran dunia internasional juga diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman dalam negosiasi antara oposisi dengan pemerintah.
Sementara itu, Presiden Viktor Yanukovych akan kembali bekerja setelah cuti sakit selama empat hari di tengah-tengah panasnya situasi politik. Sedangkan, pihak oposisi telah mendapatkan dukungan dari dunia internasional untuk melanjutkan aksinya.
"Yanukovych sebaiknya mengundurkan diri bersama dengan parlemennya jika ingin resolusi damai," kata Oksana Hodakivska, seorang demonstran di Kiev. Ia juga mengaku tidak terlalu berharap pada tekanan negara-negara Barat terhadap Yanukovych.
Namun, Yuriy Krenyuk, seorang demonstran lainnya, mengatakan negara Barat dapat membantu mengatasi krisis dengan menekan aset Ukraina di luar negeri. "Jika Yanukovych tidak mengundurkan diri, orang-orang tidak akan meninggalkan Maidan," tambahnya.
Aksi demonstrasi ini telah berlangsung beberapa bulan sejak Yanukovyh membatalkan perjanjian kerjasama perdagangan dengan Uni Eropa. Di bawah tekanan Rusia, ia akhirnya melakukan kerjasama dengan negara tersebut.
Pendukung anti-pemerintah pun mendesak Yanukovych dan pemerintahannya untuk segera mengundurkan diri serta menggelar pemilu baru.