REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden sementara Mesir, Adly Mansour mengatakan, hari-hari era kepemimpinan 'Presiden Firaun' sudah berakhir di Negeri Piramid itu.
Ia menegaskan, era kediktatoran di Mesir telah berganti dengan kemandirian baru Mesir. Dalam sebuah wawancara dengan 'Editor in Chief' suratkabar Al -Ahram Mohamed Abdel-Hadly Allam pada Senin (3/2), Mansour mengatakan konstitusi baru negara itu menetapkan keseimbangan kekuasaan. Dalam konstitusi baru presiden bertanggung jawab pada parlemen, dan parlemen berhak menggulingkan eksekutif jika diperlukan.
Mansour membahas banyak topik dalam wawancaranya, termasuk mengenai presiden Mesir berikutnya, nasib Ikhwanul Muslimin hingga perubahan politik Mesir dan kebijakan luar negeri.
Mansour mengatakan, presiden berikutnya akan menikmati dukungan populer yang kuat. Ini akan memungkinkan presiden membuat keputusan sulit, tapi juga diperlukan untuk 'membangun masyarakat dan ekonomi serta memenuhi aspirasi rakyat Mesir'.
Dikatakannya, Mesir memutuskan mengadakan pemilihan presiden lebih awal dibanding pemilihan parlemen. Ia mengatakan, ini merupakan permintaan banyak pihak dan telah melakukan diskusi dengan perwakilan berbagai kelompok.
Mansour yakin kepemimpinan politik mendatang harus kuat dan karismatik. Tapi ia bersikeras, nasib Mesir harus diatur aturan kelembagaan dan bukan aturan orang tertentu.
Saat ditanya mengenai pendapatnya soal Jenderal Abdel Fattah El-Sissi, Mansour mengatakan Sissi tengah menikmati popularitas besar karena perannya dalam masa transisi. Mansour tak menyangkal juga tak mengkonfirmasi apakah Sissi akan berjalan dalam pemilu mendatang. n Gita Amanda