Selasa 04 Feb 2014 18:02 WIB

Cuaca Buruk, BI Yakini Inflasi 2014 Sesuai Target

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Inflasi, ilustrasi
Foto: Pengertian-Definisi.Blogspot.com
Inflasi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cuaca buruk dan banjir telah mengerek inflasi Januari menjadi 1,07 persen. Kendati demikian, Bank Indonesia (BI) meyakini target inflasi 2014 sebesar 4,5 persen ± 1 persen.

Kepala Grup Assessment Ekonomi Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Doddy Zulverdi mengatakan target inflasi 2014 telah menghitung dampak tapering off yang dilakukan Federal Reserve, defisit transaksi berjalan, pasar modal, cadangan devisa dan nilai tukar. "Pergerakan nilai tukar kita sudah melihat ada efek dari tapering off. Secara internal kan BI sudah cepat menyesuaikan," ujar Doddy di Gedung BI, Selasa (4/2).

BI masih optimistis target inflasi akan tercapai, tetapi BI masih mewaspadai faktor resiko yang masih ada, seperti ketidakpastian global. Doddy mengatakan ekonomi Cina masih lemah. Selain resiko global, dampak bencana juga masih menjadi resiko.

Doddy mengatakan, pihaknya belum mengetahui secara pasti dampak bencana seberapa lama. "Kita harap tak terlalu lama, tetapi juga menjadi faktor resiko. Ini tetap menjadi catatan BI bahwa kita perlu waspada," ujarnya.

Untuk mengantisipasi resiko tersebut, BI berkoordinasi intensif dengan pemerintah untuk memantau kondisi dan dampak dari bencana dan cuaca buruk. Doddy mengatakan, terdapat gangguan produksi di kawasan Pantura. Beberapa sawah yang baru tanam terkena banjir sehingga akan ada penundaan masa panen.

Gangguan distribusi juga terjadi di Pantura. Barang-barang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur dialihkan melalu Bandung sehingga Bandung kelebihan pasokan. "Ini yang kita koordinasikan bagaimana bisa cepat diteruskan ke Jakarta," ujarnya.

BI mensyukuri karena konsumen tidak melakukan panic buying pada banjir kali ini. Panic buying bisa semakin menekan inflasi. Doddy mengatakan pada 2007 orang-orang panik dan membeli kebutuhan berlebih sehingga menekan harga.

Inflasi Januari memang cukup tinggi dibanding bulan sebelumnya, tetapi BI menilai hal tersebut bukan hal yang mengejutkan karena faktor musiman. Inflasi Januari bagian dari pola cuaca dan musim tanam, ditambah dengan bencana gunung meletus di Sumatra Utara. Cuaca buruk membuat produksi beberapa komoditas pangan menurun dan inflasi dari kelompok volatile food meningkat menjadi 2,89 persen month to month (mtm).

Tekanan inflasi administered prices atau harga yang dikendalikan pemerintah sebesar 1 persen mtm karena kenaikan elpiji 12 kilogram (kg). "Walaupun harga elpiji telah dikoreksi, kenaikan Rp 4.000 sudah dicatat pedagang dan ada efek lanjutan. Pedagang susah turun lagi harganya," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement