REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pesantren Basmalah, Kelurahan Petemon, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang bermitra dengan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) dan Aksi Cepat Tanggap (ACT) untuk aksi kemanusiaan di Jawa Tengah.
Pimpinan pesantren Basmalah, Ahmad Munif Sirsaeba mengatakan, pihaknya telah menyiapkan sedikitnya 600 santri yang siap diberdayakan dalam berbagai gerakan kemanusiaan.
“Bersama MRI kami akan menularkan kerelawanan berikut pengalaman mengelola sumber daya manusia, bantuan serta kiat rescue dan banyak hal bermanfaat lainnya,” jelasnya, di Semarang, Rabu (5/2).
Menurutnya, ke-600 an santri yang tersebar di sejumlah wilayah di Kota Semarang ini umumnya merupakan mahasiswa berbagai disiplin ilmu. Termasuk mereka yang telah menjadi alumni.
“Potensi sumberdaya insani ini akan siap digerakkan, untuk mendorong gerakan kemanusiaan yang lebih massif di Jawa Tengah,” tambah Munif, yang didampingi ustadz pengasuh rumah tahfidz Basmalah, Gianto.
Iqbal Setyarso, Humas MRI Pusat, mengungkapkan ikhtiar meluaskan kerelawanan selalu penting bagi negeri ini. Karena potensi bencana alam di Indonesia cukup besar dan beragam.
MRI telah terjun di sejumlah titik bencana di tanah air maupun di wilayah Jawa Tengah dalam menunaikan amanah filantropi nasional juga mengaktivasi kerelawanan setempat.
“Kerelawanan itu, semangat perubahan. Mau melihat masa depan sebuah daerah, lihat seberapa kuat kerelawanannya tumbuh di saat-saat krisis, seperti saat bencana banjir dan longsor di Jawa Tengah ini,”tambahnya.
Sementara pengasuh rumah tahfidz Basmalah, Gianto mengaakan, masyarakat Semarang masih memiliki jiwa sosial yang tinggi. Mereka bisa spontan gampang membantu.
Hanya saja, potensi ini belum terorganisasi dengan baik. “Makanya kami sangat respek, saat MRI bersedia menularkan pengalaman dan keahliannya mengelola kerelawanan,” jelasnya.