REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil riset lembaga Forst & Sullivan menunjukkan 62 persen penduduk Jakarta bergantung pada kendaraan pribadi.
Menurut Vice President, Automotive & Transportation Practice - Asia Pasifik, Forst & Sullivan, Viviek Vaidya, riset tersebut menunjukkan DKIi sebagai kota ketergantungan mobil, bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara lain di tingkat regional dan global.
"Hampir 58 persen perjalanan yang ditempuh hanya memanfaatkan 25 persen kapasitas mobil yang dimiliki," ujar Vaidya. Sedangkan hanya 14 persen dari responden yang bergantung pada transportasi umum.
Hasil survei juga menyebutkan, 63 persen penyebab utama yang membuat mereka frustasi adalah masalah kemacetan. 23 lainnya mengeluh soal cuaca dan 16 persen karena lamanya durasi lampu lalu lintas.
"Ketika proyek-protek pengembangan jaringan transportasi umum mulai diinisiasi, para komuter di Jakarta mulai beralih ke mobil yang lebih efisien dalam hal penggunaan bahan bakar," tambahnya. Hal ini juga menjadi pertanda baik bagi penerapan program LCGC di Indonesia.