Kamis 06 Feb 2014 10:46 WIB

Mezquita, Jejak Islam yang Tersisa di Spanyol (Bagian-2, habis)

Andalusia, Spanyol
Foto: picturesspain.com
Andalusia, Spanyol

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Riana Garniati Rahayu

Dari luar, bangunan Mezquita tampak seperti benteng. Temboknya membentang tinggi memagari seluruh area. Di sekelilingnya tampak gerbang-gerbang tinggi berarsitektur Islam dengan warna khas emas dan ukiran kaligrafi.

Saat ini, gerbang-gerbang tersebut ditutup dan dikunci dengan menyisakan satu gerbang utama sebagai pintu masuk.

Pintu gerbang utama membawa kami ke Patio de los Naranjos, sebuah taman dengan pohon-pohon jeruk dan kolam air mancur di tengahnya. Dahulu, kolam tersebut digunakan umat Islam untuk mengambil wudhu.

Kami beruntung karena tiba cukup pagi. Jika hari sudah beranjak siang, antrean pengunjung yang ingin masuk ke dalam Mezquita mengular.

Untuk masuk ke dalamnya, pengunjung dewasa dikenakan tarif delapan euro, sedangkan anak usia empat sampai 12 tahun dikenakan tarif empat euro.

Mezquita juga bisa dikunjungi secara gratis. Caranya, datang ke sana pada pukul 08.00-10.00 selain Ahad dan hari besar katolik lainnya.

Pastikan Anda berpakaian sopan. Peraturannya, bahu harus tertutup dan celana atau rok yang dikenakan minimal sepanjang lutut.

Dengan luas sekitar 23.400 meter persegi, Mezquita pernah menjadi salah satu masjid yang terbesar di dunia, bahkan untuk standar ukuran saat ini. UNESCO pun menetapkan bangunan ini sebagai salah satu warisan budaya di dunia.

Setelah pemeriksaan tiket, kami dipersilakan masuk. Sungguh mengagumkan, itulah kesan pertama ketika menapakkan kaki ke dalam Mezquita. Prinsip kebersihan dan keteraturan dalam Islam dijadikan landasan dalam bangunan ini.

Mihrab Berhias Emas

Langit pagi yang terang tidak terasa ketika berada di dalam Mezquita. Cahaya di dalam yang cenderung temaram menimbulkan rasa syahdu. Pencahayaan masjid diperoleh dari 4.700 lampu minyak yang tergantung di antara pilar-pilar.

Pilar-pilar ini berdiri teratur menyangga lengkungan tapal kuda yang menjulang hingga langit-langit. Terbuat dari marmer dan granit, pilar ini berjumlah 856 kolom yang berbaris seakan menyerupai labirin.

Batu bata diselipkan berselang-seling di tiap lengkungnya menciptakan pola merah-putih bergaris-garis yang memberikan karakter tersendiri pada bangunan ini. Lengkungan itu lalu dibuat bertumpuk supaya pilar tetap mampu menyangga langit-langit.

Bisa dibayangkan, betapa majunya peradaban Islam saat itu. Masjid ini pun dianggap sebagai salah satu pencapaian arsitektur tertinggi bangsa Moor, bangsa yang membawa agama Islam masuk ke Spanyol.

Setelah Cordoba kembali pada pemerintahan kerajaan Katolik pada 1236, Mezquita pun diubah fungsinya menjadi katedral kota.

Pada awal abad ke-16 para uskup lalu mengusulkan untuk mengembangkan katedral dengan menghancurkan Mezquita. Tapi, masyarakat kota menentang dengan dukungan kaisar Romawi saat itu.

Komentar yang paling terkenal adalah dari Raja Charles V. “Dengan menghancurkannya maka kalian telah mengambil sesuatu yang unik dari dunia ini untuk kemudian menggantinya dengan sesuatu yang bisa dengan mudah ditemukan di setiap kota.”

Akhirnya dewan kota pun hanya menambahkan katedral di tengah bangunan utama tanpa menghilangkan keseluruhan arsitektur dan interior dari Mezquita. Minaret atau menara masjid yang biasa digunakan sebagai tempat azan diubah menjadi menara lonceng katedral.

Pada awalnya, desain Mezquita secara alami akan mengarahkan pengunjung menuju mihrab, tempat imam memimpin shalat. Karena saat ini area di tengah bangunan telah dialihfungsikan menjadi tempat misa, mihrab tidak lagi terlihat.

Pembangunan mihrab dilakukan pada abad ke-10 oleh Khalifah Al-Hakam II. Hingga saat ini, mihrab tersebut masih menunjuk ke arah Kabah.

Konon, mihrab ini merupakan bagian paling impresif dan indah dari semua detail masjid secara keseluruhan. Benar saja, kami pun dibuat tercengang olehnya.

Ceruk bagian dalam mihrab terlihat cukup sederhana, tetapi detail di luarnya yang sangat indah seakan memagari kesucian tempat itu. Bergetar hati ini membayangkan imam-imam besar pernah memimpin shalat di dalamnya.

Kubah di atas mihrab diukir pada batu marmer, granit, dan onyx. Di atasnya terdapat hiasan lengkung yang disebut dengan maqsura.

Hiasan itu dibangun di bawah bimbingan seorang ahli bangunan yang dikirim penguasa Kristen Konstantinopel. Penguasa itu lalu mengirimkan juga 1,6 ton batu emas untuk menghiasi maqsura tersebut.

Maqsura yang terletak tepat di atas mihrab bertuliskan Asmaaul Husna, 99 nama Allah, yang dibuat dari mozaik-mozaik emas. Bilik untuk kedua sisi yang mengapit mihrab juga berhias mozaik.

Di bilik inilah khalifah dan para pengiringnya biasa berdoa pada saat itu. Bagian lain yang mengesankan dari mihrab ini adalah konstruksinya yang memungkinkan suara imam terpantul hingga bagian belakang masjid. Ini karena marmer pada bagian kubah dibuat menyerupai cangkang kerang.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement