REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada cerita menarik saat peluncuran buku Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama, Anggito Abimanyu, berjudul 'Tangan Tak Terlihat' belum lama ini. Saat diminta memberikan sambutan, mantan Wapres RI Jusuf Kalla mengaku sempat terkejut ketika Anggito ditunjuk untuk menjadi dirjen PHU pada 2012 lalu. ''Dari namanya saja tidak cocok,'' ujar pria yang kerap disapa JK itu yang langsung disambut tawa para hadirin. ''Saya mengenal Anggito sebagai ekonom, birokrat, musisi sampai soal basket. Jadi, itu (menjadi dirjen haji) beda sekali.''
Kendati begitu, JK yang kini menjabat sebagai ketua PMI ini menyebutkan urusan haji memang tidak melulu persoalan ibadah. Penyelenggaraan ibadah haji juga berkaitan dengan urusan logistik, pengaturan arus manusia, dan transportasi.
Mengurus umat untuk beribadah haji juga berbeda dengan cara mengurus turis yang berwisata. ''Kalau turis, telat sehari tidak apa-apa. Nah, kalau haji, telat sehari kan tidak sah,'' lanjut pria yang kini digadang-gadang menjadi capres PKB tersebut. ''Urusan haji tidak bisa diundurkan. Jika pesawat telat atau urusan makanan terlambat, seluruh negara akan tahu,'' katanya.
Haji juga, lanjut JK, menyangkut masalah keuangan. JK sempat menyinggung soal dana haji yang tersimpan di deposito dan sukuk. Menurut dia, hal ini akan berdampak buruk di masa mendatang. ''Akan terjadi ketaksesuaian karena ada penggerusan saldo. Berbahaya jika dilakukan dalam jangka panjang. Seharusnya ada solusi untuk memperkecil uang muka atau melakukan investasi. Selama tidak dilarang, tentu boleh saja melakukan investasi,'' ujar dia.
Seraya berseloroh, JK berkata,''Anggito ini pasti naik hajinya paling banyak. Nanti setelah pensiun, bisa buka usaha biro perjalanan haji umrah.''