REPUBLIKA.CO.ID, Bila perilaku Umar bin Khattab tampak keras dalam menyikapi orang lain, maka terhadap dirinya sendiri, ia justru lebih keras lagi. Posisinya sebagai Amirul Mukminin tidak menjadikan dirinya enggan diberi nasihat. Ia sering menangis karena takut kalau berbuat satu kesalahan atau menyimpang dari kebenaran.
Suatu hari saat berjalan di pasar Madinah, ia melihat Iyas bin Salamah menghalangi sebuah lorong sempit. Maka, Umar memukulnya dengan tongkat sambil berkata, "Menyingkirlah, hai putra Salamah!"
Setahun kemudian, ia bersua kembali dengan Iyas di pasar. Ia bertanya, "Apakah engkau akan pergi haji tahun ini?" Iyas menjawab, "Benar, wahai Amirul Mukminin." Maka, Umar mengajak Iyas ke rumahnya, lalu memberinya uang 600 dirham. "Hai Ibnu Salamah, terimalah uang ini untukmu.
Ketahuilah, ini untuk menebus pukulanku padamu tahun lalu itu!" ucapnya. "Wahai Amirul Mukminin, aku telah lupa peristiwa itu!" sahut Iyas. "Kalau aku, demi Allah, masih ingat!" tutur Umar.