REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Turki hari Jumat mengerahkan sebuah jet tempur untuk memaksa turun pesawat penumpang dari Ukraina setelah seorang pembajak yang mengacungkan detonator memerintahkan pilot untuk pergi ke Sochi, Rusia, dimana acara pembukaan Olimpiade Musim Dingin sedang berlangsung, kata beberapa pejabat Turki.
Sebuah jet F-16 Turki memaksa pesawat penumpang Pegasus yang membawa 110 orang itu mendarat di Istanbul. Pembajak diyakini sebagai orang Ukraina, kata media Turki. Ia dikabarkan dibekuk dan pasukan keamanan berada di pesawat tersebut.
Habib Soluk, seorang deputi di Kementerian Perhubungan Turki, mengatakan, pria itu membawa sebuah detonator ketika berusaha memasuki kokpit dan mengklaim ada bom di pesawat itu. "Kami yakin ia tidak memasuki kokpit. Kami tahu pesawat itu dibajak sebelum memasuki wilayah udara Turki," kata Soluk.
Pilot Pegasus berhasil membunyikan tanda bahaya dan jet militer F-16 Turki dikerahkan untuk menyergapnya.
Rusia meningkatkan keamanan menjelang pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2014 di Sochi, di tengah kekhawatiran mengenai kemungkinan serangan oleh militan dari Kaukasus Utara. Keberhasilan olah raga itu akan menjadi pertaruhan bagi martabat Presiden Vladimir Putin.
Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya. Kekerasan dari Chechnya itu bahkan meluas ke Moskow.
Serangan bom bunuh diri yang dilancarkan oleh seorang pelaku dari Kaukasus Utara menewaskan 37 orang di bandara terpadat Rusia Domodedovo pada Januari 2011.
Serangan itu membuat Presiden Rusia saat itu Dmitry Medvedev memecat sejumlah pejabat kepolisian tingkat menengah dan mengarah pada pendongkelan para manajer senior Domodedovo.
Pemboman bunuh diri itu diklaim oleh Doku Umarov, pemimpin Emirat Kaukasus yang melancarkan serangan-serangan di Chechnya dan wilayah lain yang berpenduduk muslim di Kaukasus Utara.
Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum sharia.
Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.
Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, dimana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.
Serangan-serangan telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis.