Sabtu 08 Feb 2014 07:45 WIB

Harga Minyak Dunia Meningkat Tajam

Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)
Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Harga minyak menguat tajam pada Jumat (Sabtu pagi WIB), karena pasar mengabaikan laporan pekerjaan AS yang mengecewakan namun mendapatkan rincian positif dalam laporan yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi moderat.

Kontrak berjangka AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate untuk pengiriman Maret, melompat 2,04 dolar AS atau 2,1 persen menjadi ditutup pada 99,88 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah Brent North Sea untuk Maret naik 2,69 dolar AS atau 2,5 persen menjadi menetap di 109,57 dolar AS per barel di London Intercontinental Exchange.

Kedua kontrak berjangka ditutup pada tingkat tertinggi mereka sepanjang tahun ini.

Pada pagi hari, kontrak AS berhasil menyeberang di atas tingkat psikologis 100 dolar AS.

Reli itu terjadi setelah Departemen Tenaga Kerja AS, untuk kedua bulan berturut-turut, melaporkan angka pertumbuhan pekerjaan mengecewakan untuk konsumen minyak mentah terbesar di dunia itu.

Ekonomi AS hanya menambahkan 113.000 pekerjaan pada Januari, setelah menambah 75.000 pekerjaan pada Desember, menurut survei dunia usaha departemen. Itu jauh di bawah ekspektasi para analis 175.000 pekerjaan.

Tetapi survei rumah tangga yang terpisah menunjukkan tingkat pengangguran turun untuk bulan ketiga berturut-turut, menjadi 6,6 persen dari 6,7 persen pada Desember, didorong turun oleh pertumbuhan lapangan kerja 638.000.

Dan tingkat partisipasi angkatan kerja meningkat, meskipun masih berada pada tingkat rendah secara historis, menjadi 63,0 persen.

Pasar minyak dan ekuitas naik tajam karena investor mencerna data pekerjaan. "Laporan pekerjaan hari ini memberikan baik dorongan maupun keputusasaan. Data jatuh tepat menampar di tengah-tengah tren pemulihan yang lambat karena pendapatan tenaga kerja relatif datar," kata David Kotok dari Cumberland Advisors.

Kotok mengatakan tren pertumbuhan lambat berarti Federal Reserve akan melanjutkan pemangkasan perlahan-lahan stimulus besar-besarannya yang dimulai pada Januari.

"Pertumbuhan lemah dalam data penggajian (payroll) dua bulan terakhir ini bukan awal tren lebih lemah baru. Kami perkirakan kenaikan payroll mengalami percepatan kembali suatu waktu dalam beberapa bulan berikutnya. Ekonomi masih bergerak maju," kata FT

Advisors dalam sebuah catatan penelitian.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement