REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehadiran film Street Society boleh jadi menjadi film pertama yang bergenre laga otomotif. Film besutan Awi Suryadi ini menampilkan kehidupan segelintir anak muda dengan mobil-mobil mewahnya beradu kecepatan di jalanan.
Film yang melibatkan 30 mobil dari berbagai merek premium seperti Ferrari dan Porsche ini diakui sang produser, Eryck Wowor, memiliki kesulitan teknis yang sangat tinggi.
"Di luar negeri ada yang namanya persuit system, dimana mobil dengan kecepatan tinggi di rigged sedemikian rupa sehingga kamera bisa dikendalikan melalui remote control. Tracking vehicle seperti ini belum ada di Indonesia sehingga kami mengakalinya dengan me-rigging mobil yang disediakan dengan pipa-pipa alumunium hingga operator kamera bisa mengoperasikannya," kata Eryck.
Selain itu, kesulitan yang cukup terasa adalah masalah lokasi syuting. Tim harus rela menunggu hingga larut malam untuk mengambil adegan kebut-kebutan disekitaran Jakarta terutama di jalan Thamrin, Sudirman, Gajah Mada, Antasari dan Bundaran HI.
"Tidak mudah dikosongkan meski dengan bantuan polisi. Belum lagi lokasi seperti Pelindo dan Jembatan Suramadu yang perlu berkoordinasi dengan banyak pihak," tambahnya.
Karena itu tak heran biaya administrasi lokasi seperti pengamanan dan penutupan jalan menjadi pos yang paling mahal. Street Society sendiri dikatakan menghabiskan dana sebesar Rp 18 miliar.
Kendala lainnya menurut Eryck adalah cuaca. "Jalan basah dan hujan, stuntman harus hati-hati dan harus improvisasi," kata Eryck.
Street Society akan diputar serentak mulai tanggal (20/2). Film produksi Ewin Pictures ini menampilkan Marcel Chandrawinata, Chelsea Elizabeth, Edward Gunawan, Edward Akbar, Wulan Guritno, Ferry Salim, Senk Lotta dan Kelly Tandiono sebagai pemain.