REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Warga nelayan Pantai Karangantu, Kampung Baru Bugis, Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten, akhir-akhir ini ketenangannya terusik. Apakah karena di hadapan mereka muncul fenomena penyusutan air laut hingga satu kilometer dari bibir pantai yang bisa menimbulkan badai tsunami?
Ternyata itu hanya isapan jempol. "Bukan itu yang membuat kami gundah. Tetapi, berita yang kami lihat di televisi itu terlalu berlebihan," ungkap Intan (33 tahun), yang tinggal di rumah kayu dekat bibir Pantai Karangantu, ketika ditemui pada Sabtu (8/2) menjelang siang.
Sambil tertawa nyinyir, ia juga menyanggah penyusutan air yang diisukan seperti fenomena alam menjelang badai tsunami menyapu sebagian wilayah Aceh pada 2004 itu berlangsung selama 3-4 hari pada pekan ini.
"Yang benar sudah terjadi lebih sebulan, sejak Desember tahun lalu," kata dengan mada kesal.
Namun yang dimaksudnya bukan berupa penyusutan air secara drastis dan dramatis, melainkan hanya puluhan atau seratusan meter dari bibir pantai.
"Pasang surut air laut seperti itu, bagi kami sudah biasa di sini," ujar Intan.
Keterangan Intan itu dibenarkan Enah (55), tetangganya. "Yang surut itu bukan air laut, tapi kantong para nelayan di sini. Di tengah musim angin barat ini, kami tidak bisa melaut untuk mencari ikan, karena cuaca buruk," katanya.
Relawan BPBD Desa Banten, Zaenal Muttaqin, juga menyesalkan pemberitaan hoax itu. "Itu berita fiktif yang sangat berlebihan dan membuat banyak pihak panik," katanya.
Kasapolair Polres Serang AKP Gusti Nyoman Sudarsana, meminta media agar mencari berita seakurat mungkin. "Crosscheck kebenarannya," katanya.