REPUBLIKA.CO.ID, KARO -- Sekalipun abu vulkanik masih menghujani sebagian besar desa di wilayah Tanah Karo, Sumatera Utara (Sumut), namun sejumlah warga tetap mendatangi rumahnya. Mereka mengecek rumah dan mengamankan barang-barang penting.
Seperti sejumlah warga yang Republika temui di Desa Payung, Kecamatan Payung, Karo Sabtu (8/2). Warga desa tersebut, Herman Bangun (35 tahun) kembali ke rumahnya yang sudah tertutup abu vulkanik sejak sebulan lalu.
Herman mengaku sengaja kembali karena tidak tenang dengan kondisi keamanan rumahnya. Bukan takut disatroni kawanan pencuri, Herman mengatakan ia khawatir sewaktu-waktu letusan Sinabung meluluhlantahkan rumahnya tersebut. “Jadi saya pulang untuk ambil barang-barang yang diperlukan juga surat-surat berharga,” kata dia.
Herman berujar, dia kembali dengan beberapa tetangganya untuk mengambil kunci motor, dan surat rumah mereka. Tak ketinggalan, ijazah serta akte kelahiran anak-anaknya pun ia bungkus rapi untuk dibawa ke pengungsian. “Takutnya nanti hilang atau rusak,” ujar dia.
Desa Payung memang bak kampung mati usai didera abu vulkanik yang semakin intens turun sejak sebulan terakhir. Desa berjarak 6 Km dari Gunung Sinabung ini hanya menyisakan anjing-anjing yang ditinggal majikannya sebagai penghuni kampung. Para penduduk di desa ini diketahui mengungsi ke Lapangan Futsal Lau Gumba, Brastagi, Karo yang berjarak 35 Km dari Desa Payung.