Senin 10 Feb 2014 01:00 WIB

Enam Militan Alqaidah Diadili di Yaman

Pasukan Alqaidah (ilustrasi)
Foto: foreignpolicy.com
Pasukan Alqaidah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sebuah pengadilan Yaman yang khusus menangani kasus terorisme hari Minggu memulai persidangan enam tersangka militan Alqaidah yang dituduh membunuh seorang diplomat Arab Saudi dan menculik seorang wanita Swiss.

Para terdakwa, yang dua diantaranya diadili in absentia, dituduh membentuk -- antara 2011 dan 2013 -- bagian dari "sebuah kelompok bersenjata yang terkait dengan Alqaidah", kata Kantor Berita Saba.

Kelompok itu dituduh membunuh seorang diplomat Arab Saudi pada November 2012. Sersan Khaled Shobeikan al-Anzi, seorang aparat di seksi militer Kedutaan Besar Arab Saudi di Yaman, tewas bersama pengawalnya di Sanaa ketika orang-orang bersenjata menembaki mobilnya.

Kelompok itu juga dituduh menculik guru bahasa Sylvia Eberhardt asal Swiss pada Maret 2012, yang ditahan selama hampir setahun sebelum dibebaskan, kata Saba.

Persidangan selanjutnya akan berlangsung pada 23 Februari.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Alqaidah Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Alqaidah di Semenanjung Arab (AQAP).

AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.

Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang telah berjanji menumpas Alqaidah.

Militan Alqaidah memperkuat keberadaan mereka di Yaman tenggara, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011 yang akhirnya melengserkan Presiden Ali Abdullah Saleh.

Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2012 berhasil menghalau militan Alqaidah dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.

Meski melemah, jaringan teror itu masih bisa melancarkan serangan-serangan terhadap sasaran militer dan polisi.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement