REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Political Communication (PolcoMM) Institute menilai Partai NasDem dan Partai Hanura selama ini mengambil langkah yang tepat dalam menangani krisis. Meskipun, kedua partai tersebut tergolong baru dalam kancah politik nasional.
"Dua partai ini menggunakan strategi proaktif," kata Direktur Eksekutif PolcoMM Heri Budianto, di Cikini, Jakarta, Ahad (9/2). Menurut dia, reaksi yang diperlihatkan NasDem dan Hanura sudah tepat dalam menangani krisis atau konflik dalam tubuh partai.
Heri mengatakan, NasDem sebagai partai politik baru sudah beberapa kali dirundung persoalan. Seperti kasus mundurnya Hary Tanoe yang mengakibatkan gejolak di kader daerah. Kemudian ada persoalan Dewan Pertimbangan NasDem Endriartono Sutarto yang masuk bursa peserta Konvensi Calon Presiden (Capres) Partai Demokrat.
Ketika muncul krisis itu, menurut Heri, NasDem melakukan konsolidasi partai dengan cepat. Ia juga melihat peran besar Ketua Umum NasDem Surya Paloh. Menurut Heri, ketokohan Surya Paloh mampu membantu meredam kritik dalam tubuh partai.
"Manejemen parpol betul-betul lakukan konsolidasi kuat. Tidak lama NasDem kembali solid," kata Heri.
Menurut Heri, langkah NasDem sama dengan Partai Hanura. Peran ketokohan Wiranto pun dinilai kuat dalam partai. Seperti ketika ada kadernya yang terseret kasus dugaan korupsi yang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Padahal, kader Hanura itu baru dicekal oleh Direktorat Jenderal Imigrasi, bukan menjadi tersangka.
PolcoMM menilai NasDem dan Hanura lebih cakap dalam menangani krisis atau konflik partai. Keduanya dianggap lebih tepat menangani krisis ketimbang Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Heri mengatakan, Partai Demokrat dan PKS cenderung reaktif dalam menangani krisis, tetapi tidak terkontol dengan baik dalam melakukan manajemen isu.