REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sikap Singapura membatalkan undangan kepada jajaran TNI untuk hadir dalam Singapore's Airshow merupakan buntut dari penamaan KRI Usman Harun. Singapura pun diminta untuk melihat secara lebih jernih tentang persoalan tersebut.
Staf khusus presiden bidang hubungan internasional, Teuku Faizasyah mengatakan Singapura harus menimbang prospek ke depan dengan Indonesia dari kondisi saat ini. Apalagi hubungan kedua negara sebenarnya sudah terjalin baik di kawasan. Jangan sampai, situasi saat ini merusak hubungan yang sudah dibangun.
“Tentunya pihak Singapura juga harus menimbang-nimbang prospek ke depan dari suatu kondisi yang tidak menguntungkan ya dalam masalah ini. Semua negara negara tentunya akan berhitung apa yang jadi kepentingan dalam hubungan bilateral. Jangan sampai hal-hal seperti ini melihat kembali ke masa lalu yang sebenarnya sudah selesai,” katanya, Senin (10/2).
Indonesia, lanjutnya, telah menyatakan dan menyampaikan sikap terkait penamaan kapal AL dan tidak akan berubah meskipun Singapura telah menyampaikan keprihatinannya. Menurutnya, persoalan perbedaan pendapat tentang kepahlawanan Usman dan Hasan seharusnya sudah selesai ketika Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yeuw menaburkan bunga di TMP Kalibata.
“Kalau kita rujuk dengan apa yang terjadi selama ini, tabur bunga oleh PM Lee Kuan Yeuw, kita sudah melihat bahwa sudah ada penyelesaian atas masalah yang terjadi di masa lalu. Bagaimana kita melihat sejarah di masa lalu dan bagaimana kita menata hubungan bilateral. Seyogyanya kita berangkat dari suasana hubungan baik yang telah kita bangun," katanya.