REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Pemberontak Sudan Selatan mengancam akan menghentikan perundingan perdamaian yang ditujukan untuk mengakhiri hampir dua bulan pertempuran.
Mereka menuntut pembebasan tahanan dan penarikan pasukan asing saat para pejabat mengatakan putaran baru telah ditunda.
Pembicaraan antara pemerintah Sudan Selatan dan para pemberontak yang akan dibuka di Ethiopia ditujukan untuk membangun perjanjian gencatan senjata yang goyah.
"Pembicaraan-pembicaraan tidak akan dilanjutkan hari ini," kata juru bicara pemerintah Sudan Selatan Michael Makuei kepada AFP tanpa menjelaskan penundaan itu, Senin (10/2).
Seorang pejabat pemerintah dari negara tuan rumah Ethiopia menegaskan penundaan. Makuei mengatakan pembicaraan kini akan dimulai pada Selasa (11/2) sore.
"Kami diberitahu bahwa perdana menteri Ethiopia ingin menghadiri sesi pembukaan. Kita diberitahu bahwa itu adalah besok sore," kata Makuei.
Pemberontak Sudan Selatan menuntut pembebasan tahanan dan penarikan pasukan asing. "Kami tidak berpartisipasi dalam pembicaraan perdamaian putaran berikutnya," kata Taban Deng, kepala delegasi oposisi, dalam sebuah pernyataan.
Deng menuntut pembebasan empat tahanan yang masih di penjara berikut pembebasan tujuh rekan mereka lainnya pada akhir Januari. Ia juga menyerukan penarikan segera pasukan Uganda, yang telah berada di negara itu atas permintaan Presiden Sudan Selatan Salva Kiir sejak konflik meletus pada 15 Desember.