REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Nilai keseluruhan untuk 9,3 juta properti untuk tempat tinggal di Australia saat ini mencapai 5,02 triliun dolar (sekitar Rp 54 ribu triliun lebih). Sedangkan harga rata-rata properti tersebut adalah 539 ribu dolar.
Hal ini dinyatakan oleh Biro Statistik Australia (ABS), Rabu (12/2/2014). Dijelaskan, yang paling banyak mendapat kredit rumah baru dalam 10 tahun terakhir adalah para investor, sedangkan pembeli rumah pertama masih dalam posisi yang kurang menguntungkan.
Data finansial bidang perumahan bulan Desember dari ABS menunjukkan bahwa saat ini 39,8 persen nilai kredit perumahan bulan Desember dikabulkan untuk para investor.
Menurut analis bidang real estate dari RP Data, Cameron Kusher, peningkatan peminjaman investor sebesar 40,7 persen selama tahun terakhir tidak sehat dan seharusnya diperhatikan oleh badan regulator finansial.
Akhir-akihr ini, makin sering dipertimbangkan tindakan untuk membatasi jumlah pinjaman bank realtif terhadap nilai properti. Hal ini dilakukan di Selandia Baru tahun lalu.
Namun, di sisi lain, tindakan macam ini dikritik bisa mempengaruhi pembeli rumah pertama, yang seringkali demi membeli rumah harus meminjam lebih banyak uang ketimbang jumlah yang dipinjam para investor ada mereka yang ingin meningkatkan nila rumah.
Proporsi pembeli rumah pertama di kalangan pemilik sekaligus penghuni rumah terbilang rendah, yaitu 12,7 persen.
Menurut ekonom JP Morgan, Tom Kennedy, alasan utama para pembeli rumah pertama enggan memasuki pasar adalah karena harga rumah yang terus meninggi.
Indeks harga rumah dari ABS menunjukkan bahwa harga rumah di delapan kota besar Australia meningkat sebesar 3,4 persen di kwartal terakhir 2013, ucapnya.
Data resmi menunjukkan bahwa tahun lalu harga-harga rumah meningkat 9,3 persen. Pertumbuhan terbesar dialami Sydney, yaitu 13,8 persen dalam satu tahun.