REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar membantah sejumlah pemberitaan yang menyebut deindustrialisasi tengah terjadi di Indonesia. "Itu salah. Justru, kita masuk era ke perkuatan industri," ujar Mahendra saat menyampaikan sambutan pada acara 'New Karawang Factory Opening Ceremony' PT Sharp Electronics Indonesia di Karawang International Industrial City, Rabu (12/2).
Mahendra mencoba mengungkapkan bantahannya dengan mengutip data realisasi investasi di sektor industri selama empat tahun terakhir. Pada 2010, nilai investasi keseluruhan dari penanaman modal asing (PMA) pada 12 sektor industri yang diklasifikasikan BKPM tercatat 3,3 miliar dolar AS atau 20 persen dari total realisasi investasi.
Sementara pada 2013, nilai investasi industri dari PMA melonjak hampir lima kali lipat atau mencapai 15,8 miliar dolar AS atau 50 persen dari total realisasi investasi. "Maka kesimpulannya terjadi perkuatan industri," kata mantan wakil menteri keuangan II ini. "BKPM selalu mendukung kebijakan Kementerian Perindustrian dan industriawan," ujar Mahendra.
Lebih lanjut, Mahendra meyakini, peningkatan ini akan terus berlanjut. Selain dukungan BKPM, Mahendra mengacu kepada survei yang dilakukan JBIC. Dikatakan, 30 persen investor Jepang dari seluruh dunia memilih berinvestasi di Indonesia karena pasar domestik yang besar. Menurut hasil survei pula sekitar 80 persen dari 500 responden investor Jepang meyakini pasar domestik Indonesia akan semakin besar. "You haven't see the best yet," ujar Mahendra.
Mahendra mengungkapkan tantangan yang harus diselesaikan seluruh pemangku kepentingan yaitu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, perbaikan infrastruktur dan logistik daerah-daerah yang dekat dengan lokasi investasi dan memperbaiki dan meningkatkan hubungan industrial. "Kami (Pemerintah Indonesia) sudah punya program konkret yang akan diterapkan segera," kata Mahendra menutup sambutannya.