Kamis 13 Feb 2014 13:03 WIB

Defisit Transaksi Berjalan Indonesia Masih Tinggi, Ini Cara Mengatasinya

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Ekspor-impor (ilustrasi)
Ekspor-impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Defisit transaksi berjalan Indonesia masih tinggi. Total defisit transaksi berjalan pada keseluruhan 2013 mencapai lebih dari 30 miliar dolar AS. Nilai tersebut naik dibandingkan 2012 sebesar 24 miliar dolar AS. Bagaimana memperbaiki hal tersebut?

Ekonom dari Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan mengatakan perbaikan transaksi berjalan harus melalui investasi portofolio. Investasi portofolio harus tetap masuk untuk membiayai defisit transaksi berjalan. "Jadi suka atau tidak, perbaikan defisit transaksi berjalan harus lewat portfolio," ujar Fauzi.

Namun, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tengah terdepresiasi. Fauzi mengatakan, setidaknya dalam dua tahun ke depan dolar AS akan menguat terhadap mata uang secara umum. Hal itu menyebabkan investor akan cenderung menarik dananya kembali ke AS. "Jadi akan lebih sulit bagi Indonesia untuk menarik investasi asing," ujarnya.

Untuk menarik investasi portofolio, Fauzi mengatakan BI rate harus naik 50 basis poin (bps) lagi menjadi 8 persen tahun ini. Ia pun mengakui banyak kalangan perbankan yang tidak setuju dengan kenaikan BI rate, tetapi hal tersebut harus dilakukan agar investasi dapat masuk.

Lalu bagaimana dengan foreign direct investment (FDI)? Fauzi juga mengatakan, defisit transaksi berjalan tidak akan dapat diperbaiki oleh FDI. Pasalnya, para investor akan mengimpor bahan baku dan akan melakukan repatriasi. Keadaan tersebut akan membuat defisit melebar dan rupiah akan anjlok.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement