Jumat 14 Feb 2014 07:40 WIB

Doa Terbaik

Doa Terbaik

Berdoa kepada Allah.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Berdoa kepada Allah.

Oleh: Mahmud Yunus

Masih segar dalam ingatan kita ada orang-orang yang berani-beraninya menawarkan diri untuk dititipi seabrek permohonan kepada Allah SWT.

Permohonan-permohonan tersebut konon dijanjikan akan disampaikan langsung kepada Allah SWT di rumah-Nya.

Masyarakat yang berminat menitipkan permohonannya dijanjikan akan diterima dengan tangan terbuka. Sepanjang yang bersangkutan melengkapi persyaratan tertentu yakni bersedia membayarkan sejumlah uang.

Alhasil, kurang lebih sama dengan biro jasa pada umumnya. Layaknya biro jasa, layanan baru akan diberikan bila uang sudah dibayarkan.

Fenomena aneh tapi nyata tersebut sempat mengemuka di ruang publik. Bahkan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun tak ketinggalan ikut-ikutan buka suara. Intinya, menyesalkan hal itu terjadi.

Sayangnya, komentar hanya sebatas pantas atau tidak pantas. Boleh atau tidak boleh. Seingat saya tidak ada yang sempat mencari tahu apa yang pada umumnya mereka mohonkan kepada Allah SWT itu sehingga mereka bersedia mengeluarkan sejumlah uang?

Mungkin juga ada jamaah haji Indonesia yang menceritakan pengalaman pribadinya bahwa saat berada di sekitar Ka’bah dirinya sempat kehabisan stok doa. Padahal, sejak jauh hari sebelum berangkat ke Tanah Suci dirinya sudah mencatat daftar permohonan yang hendak dimohonkan langsung kepada Allah SWT di rumah-Nya.

Mungkin juga ada jamaah haji/umrah Indonesia yang menceritakan pengalaman pribadinya bahwa dirinya dititipi banyak permohonan untuk didoakan di Multazam dan/atau di Raudhah oleh saudara-saudaranya. Dan, tentu saja titipan doa yang banyak tersebut pada praktiknya sungguh “mengganggu” saat dirinya benar-benar berada di Multazam dan/atau di Raudhah.

Setelah ditelusuri alakadarnya, tidak sedikit permohonan yang kualitas permohonannya di bawah standar. Memangnya kenapa? Disebutkan demikian karena tidak sedikit permohonan yang sejatinya tidak berbobot sama sekali.

Umpamanya, merengek-rengek meminta diberikan jodoh atau pasangan hidup. Menyangkut keinginan diberikan jodoh ini tidak sedikit jamaah umrah (Indonesia) yang berupaya menaiki Jabal Rahmah. Kemudian, di Jabal Rahmah itulah mereka melakukan ritual pencarian jodoh.

Sepintas lalu tidak ada yang salah dengan permohonan-permohonan tersebut bukan? Bahkan mungkin ada yang menganggapnya sebagai peluang emas yang boleh jadi hanya diperoleh sekali dalam seumur hidup. Apalagi kalau dikait-kaitkan dengan kesempatan menunaikan kewajiban haji yang semakin “berat”, mengingat semakin panjangnya daftar tunggu (waiting list).

Bagaimana sebaiknya? Diilustrasikan dalam sejumlah hadis Rasulullah SAW bahwa ada beberapa sahabat beliau yang sungguh cerdas dalam memohon. Dikatakan demikian karena mereka benar-benar hanya memohon yang terbaik dari yang baik-baik. Berikut ini beberapa contohnya.

Pertama, sebagaimana dilakukan oleh Abu Bakar RA. Dikisahkan dalam sebuah hadis, suatu ketika Rasulullah bercerita tentang pintu-pintu Surga. Kata beliau pintu-pintu Surga itu jumlahnya ada delapan. Ketika itu Abu Bakar bertanya mungkinkah ada seseorang yang dapat memasukinya dari semua pintu? Dijawab oleh Rasulullah, mungkin saja. “Mudah-mudahan salah satunya adalah engkau.”

Kedua, sebagaimana dilakukan oleh Ukkasyah bin Mihshan al-Asadi. Dikisahkan Rasulullah bercerita tentang orang-orang yang akan memasuki Surga tanpa hisab. Jumlah mereka seluruhnya 70 ribu orang. Wajah mereka bersinar laksana bulan purnama, kata Rasulullah.

Sekonyong-konyong Ukkasyah berdiri, lalu berkata, “Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikanku salah seorang di antara mereka”. Rasulullah pun berkata: “Ya Allah, jadikan dia salah seorang di antara mereka.”

Mendengar respons Rasulullah itu, seorang Anshar berkata, “Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikanku salah seorang dari mereka”. Rasulullah menjawab, “Engkau kalah cepat dari Ukkasyah.”

Ketiga, sebagaimana dilakukan oleh seorang wanita tua Bani Israil. Dikisahkan suatu ketika dia mendapatkan peluang emas. Alkisah, Nabi Musa AS meminta dia menunjukkan makam Nabi Yusuf AS agar dia bisa membawa jasadnya saat dia keluar dari Mesir. Namun, wanita tua itu menolak kecuali dia diperkenankan untuk menemani Nabi Musa di Surga. Maka Allah memperkenankan wanita tua tersebut.

Demikianlah, tiga contoh orang-orang yang dalam hidupnya sukses merengkuh permintaan terbaik mereka. Ambisi-ambisi mereka positif karena mereka hanya menginginkan Surga. Dan, seluruh permintaan mereka terkabul. Wallahua’lam.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement