REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penembakan salah satu anggota polisi Iptu (Anumerta) Muhammad Daud pada Selasa (11/2) lalu belum ada hubungannya dengan aksi terorisme. Saat ini Polres Gowa dan Polda Sulsel masih mendalami motif penembakan tersebut.
"Kami sudah memeriksa 16 saksi, kita coba menghimpun keterangan, baik saat kejadian maupun sebelum peristiwa terjadi," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar usai penyematan tanda kehormatan Bintang Bhayangkara Utama Kapolri Jenderal Pol Sutarman di Jakarta, Jumat (14/2).
Boy mengatakan 16 saksi itu termasuk di luar tempat kejadian perkara untuk mengembangkan apakah penembakan tersebut berkaitan masalah pribadi atau melibatkan institusi. Iptu Daud ditembak dalam perjalanan menuju ke masjid untuk menunaikan shalat subuh dari rumahnya di sebuah gang saat ia menemukan orang yang diduga hendak mencuri.
Ketika menghampiri untuk mengecek, ia ditembak tepat di dada kiri dan perut korban hingga tewas ditempat. Pada saat itu Iptu Daud tidak mengenakan seragam dinas polisi, tetapi masih mengenakan pakaian untuk shalat.
Terkait hal itu, Boy menduga penembakan tersebut telah terencana dan dilakukan oleh pelaku yang mahir menggunakan senjata.
"Pelaku setidak-tidaknya mahir menggunakan senpi karena dada kiri, bagian jantung, bagian yang vital," katanya.