REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Abu vulkanik dari Gunung Kelud, Jawa Timur (Jatim) yang meletus Kamis (13/2) malam kemarin membuat sejumlah kota di Jatim yang relatif jauh dari lokasi erupsi Gunung Kelud seperti Surabaya, Sidoarjo, dan Pasuruan dikotori abu vulkanik.
Seorang Warga Manyar Sambongan bernama R Banteng Teguh P (57 tahun ) mengatakan, dirinya mengetahui debu vulkanik itu saat Jumat (14/2) subuh. Semua benda-benda yang dilihatnya seperti genteng rumah, daun, tanah, bahkan sepeda motornya yang sedang diparkir diluar rumah telah ditutupi debu vulkanik. Dia memperkirakan debu memiliki ketebalan 0,5 sentimeter (cm).
Akibat debu itu, ia memakai sapu tangan agar tidak menghirup debu.
“Pakai sapu tangan saja masih batuk-batuk karena menghirup debu,” katanya kepada Republika, Jumat (14/2).
Tidak hanya dirinya, Teguh juga melihat warga lainnya melakukan hal yang serupa. Selain harus menggunakan penutup hidung, Teguh juga terpaksa mengendarai sepeda motornya secara perlahan. Ini karena jarak pandangn berkurang akibat debu vulkanik yang berterbangan di udara.
“Saya harus waspada dan pelan-pelan saat menyetir motor,” ujarnya.
Sementara itu warga Malang bernama Subandi (64 tahun) mengatakan, debu membuat jarak pandang terganggu. Pria yang berprofesi sebagai sopir mobil carteran ini bahkan menolak mengantar penumpangnya ke Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang karena debu yang menutupi pandangannya.
Pantauan Republika, abu vulkanik tidak hanya menyelimuti Surabaya, tetapi juga kota-kota lainnya seperti Sidoarjo, Malang, dan Pasuruan. Tampak jalanan, gedung-gedung hingga atap kendaraan bermotor ditutupi abu yang cukup tebal.
Ketebalan debu bervariasi, mulai 0,5 cm sampai 1 cm. Supaya tidak menghirup debu, para warga di kota-kota tersebut terlihat memakai masker.
Banyaknya debu membuat petugas gedung dan kantor membersihkan lantai. Bahkan di Terminal Purabaya, Sidoarjo terlihat petugas membersihkan debu.
Para pengendara kendaraan pribadi yaitu sepeda motor dan mobil hingga kendaraan berat seperti truk dan bus harus mengemudikan kendaraan pelan-pelan karena jarang pandang yang tidak sejelas seperti biasanya.
N Rr Laeny Sulistyawati