Sabtu 15 Feb 2014 00:32 WIB

Ukuran Mubaligh Bukan Buat Jamaah Tertawa atau Menangis

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Bilal Ramadhan
Seorang dai memberikan ceramah agama di masjid.  (ilustrasi)
Foto: Antara
Seorang dai memberikan ceramah agama di masjid. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ukuran mubaligh bukanlah yang mampu membuat jamaah tertawa terpingkal-pingkal atau menangis tersedu, tapi yang bisa menitipkan nilai spiritual yang membimbing.

Wakil Menteri Agama, Nazaruddin Umar, menuturkan paradigma harus berubah. Mubaligh dakwah yang bagus adalah yang mampu menitipkan spirit keagamaan yang baik pada orang yang mendengarkan.

Dai-dai yang muncul di televisi dinilai Nazaruddin kurang punya kapasitas tapi disenangi masyarakat hanya karena mereka yang miliki bakat treatikal, mampu membuat orang tertawa terpingkal-pingkal atau membuat orang menganis tersedu.

"Ini tantangan ke depan. Bukan seperti itu yang jadi ukuran tapi seberapa panyak pendengar bisa dituntun menempuh masa depan setelah mendengarkan dai itu," ungkap dia, Jumat (14/2).

Untuk apa sertifikat atau hebat membuat drama dakwah tapi setelah itu jamaahnya tidak menemukan suatu pandangan hidup yang membimbing.

Terkait penting atau tidaknya standardisadi dan pengaturan kode etik dai, Nazaruddin mengatakan Kementerian Agama tidak pernah mengatur tentang sertifikasi dai, tapi masyarakat yang menilai. Sebab sertifikat tidak menjamin. Ada yang mempunyai sertifikat pelatihan dakwah tapi tidak punya rating di masyarakat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement