Sabtu 15 Feb 2014 15:31 WIB

Jalan Hidup Salikin: Menyingkap Misteri Mimpi (2-habis)

Ilustrasi
Foto: Chrom.asia.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Halusinasi bisa memengaruhi pancaindera, seperti sentuhan rasa, suara-suara halus, penciuman, pendengaran.

Termasuk, juga apa yang dikenal di dalam psikologi dengan proprioceptive, equilibrioceptive, nociceptive, thermoceptive, dan chronoceptive.

Halusinasi pendengaran dialami oleh orang-orang paranoid skizofrenia, yang sering kali keliru memersepsikan sebuah kenyataan objektif menjadi persepsi subjektif.

Pengaruh obat-obatan, seperti narkoba dan alkohol, juga memicu halusinasi. Halusinasi dalam arti umum bisa disebut bentuk lain dari mimpi.

Dalam Islam, angan-angan berlebihan yang bisa melahirkan mimpi-mimpi kosong (ilusi) sangat tercela. Islam juga melarang mempersepsi-negatifkan orang lain atau mendramatisasi kelebihan-kelebihan orang lain. Karena, kesemuanya bisa melahirkan karakter negatif dan gangguan pikiran serta kejiwaan yang tidak dikehendaki.

Mungkin, itu salah satu sebab mengapa konsep qadha dan qadar mendapat tekanan khusus untuk dapat dijelaskan dan dipahami. Sebab, jika salah memahami dan mempersepsikan konsep hidup maka dampaknya bisa lebih jauh.

Mimpi dalam arti al-hilm lebih merupakan fenomena psikobiologis. Pemandangan yang dilihat seseorang dalam tidurnya lebih merupakan endapan memori yang berkelanjutan di dalam diri seseorang sehingga di dalam tidur pun tetap berproses.

Mungkin, masa pubertas yang dialami seorang anak yang berada dalam tahap menjelang remaja (talent stage), yakni seorang anak mulai merasakan adanya misteri yang berhubungan dengan alat kelaminnya sehingga dibawa dalam mimpi. Dia merasakan sesuatu yang amat khas di dalam dirinya dan  menyebabkan spermanya keluar.

Sesungguhnya anak yang seperti ini berada pada awal kematangan seksual secara biologis. Mungkin, ini sebabnya mengapa Rasulullah SAW menjadikan momentum “mimpi basah” ini sebagai faktor pembeda antara anak yang belum balig dan yang sudah balig bagi anak laki-laki.

Dan, momentum menstruasi awal bagi perempuan. Mimpi basah dan menstruasi menjadikan anak laki-laki dan anak perempuan sebagai mukallaf, yaitu orang yang sudah dianggap mampu mengembangkan tugas-tugas syariat. Karena itu, berdosa bagi mereka kalau meninggalkan kewajiban dan ketentuan syariat lainnya.

Mimpi, seperti yang digambarkan di atas, lebih merupakan fenomena biologis. Sedangkan, yang berkaitan dengan ketajaman mata spiritual ialah mimpi yang lebih merupakan reaksi dari fenomena keadaan spiritual seseorang.

Mimpi biasa tidak perlu latihan (exercise), tetapi penajaman mata batin. Di antaranya, melahirkan mimpi sebagai salah satu media bashirah. Inilah yang memerlukan upaya dan latihan, sebagaimana akan diuraikan dalam artikel mendatang.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement