Ahad 16 Feb 2014 04:18 WIB

SMA Rembang Purbalingga Bikin Film 'Si Lengger Lanang'

Pembuatan film Si Lengger Lanang
Foto: dokumen pribadi
Pembuatan film Si Lengger Lanang

REPUBLIKA.CO.ID,  Giras, cucu Mustarja, menemukan setumpuk baju yang di bungkus kain jarit di dasar gudang daun cincau kering. Baju-baju yang ternyata seragam lengger adalah milik Mustarja yang disembunyikan anaknya, Sugito.

 

Sugito merasa malu pada bapaknya, karena hingga usia lanjut, masih saja menari lengger. Giras lalu memberikan bungkusan itu kepada kakeknya. Sang kakek lantas membuka dan menunjukkan pada Giras. “Kiye sing gawe nyong semangat urip, Ras!” (Ini yang membuat saya bersemangat hidup, Ras!),” tegas Mustarja.

 

Cuplikan kisah itu salah satu adegan pada film pendek bertajuk “Si Lengger Lanang” yang baru saja dibuat Pak Dirman Film ekstrakulikuler sinematografi SMA Rembang Purbalingga. Para pelajar itu memproduksi film selama dua hari, Jumat-Sabtu, 14-15 Februari 2014 di Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Purbalingga.

 

“Cerita film pendek kami berdasar pada film dokumenter yang kami produksi sebelumnya. Sudah seperti tradisi bagi ekskul kami, membuat cerita fiksi diilhami dari kisah dokumenternya,” kata penulis skenario Lilit Widiyanti.

 

Sebelumnya, pelajar yang tergabung dalam Pak Dirman Film memproduksi dokumenter berjudul “Segelas Teh Pahit” tentang kisah lengger lanang yang masih tersisa di Desa Panusupan bernama Manarwi (80). Dari kisah itu, mereka terilhami untuk kemudian memproduksi versi fiksinya.

 

Menurut sutradara Ela Nur Wijayanti, semua pemain diambil dari warga Desa Panusupan. Hal ini, katanya, karena kedekatan yang sudah dibangun dengan warga desa sebelumnya. “Meski begitu, ternyata tidak mudah mengatur pemain orang tua, apalagi anak-anak. Untunglah, mereka bersemangat dan dilakukan dengan rasa senang,” tutur pelajar yang duduk di kelas XI ini.

 

Guru pembina ekskul sinema Puji Rahayuning Pratiwi mengatakan, proses produksi film bagi siswa menemukan tantangan pada dua hal, internal dan eksternal. “Internal, anak-anak harus pandai-pandai mengatur waktu sekolah, karena harus dikerjakan berbulan-bulan. Sementara eksternal, ya harus berhubungan dengan pihak-pihak luar dimana film itu akan diproduksi,” ujar guru pengampu mata pelajaran Matematika ini.

 

Seperti halnya film dokumenter, film fiksi ini juga hendak diikutkan pada kompetisi pelajar Banyumas Raya Festival Film Purbalingga (FFP) 2014 pada Mei mendatang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement