REPUBLIKA.CO.ID, BANGUI -- Pasukan perdamaian Afrika dan Prancis menyita senjata para militan di Republik Afrika Tengah. Pasukan militer melakukan razia dari rumah ke rumah untuk mencari senjata yang diyakini digunakan untuk menyerang Muslim.
Militer berhasil menyita senjata otomatis, granat, pisau, senjata tajam, serta amunisi. Lebih dari 250 pasukan militer dikerahkan dalam operasi ini untuk mengamankan wilayah Boy Rabe.
Namun, operasi tersebut tidak berjalan sukses. Beberapa militan menolak untuk menyerahkan senjata, sementara salah satu pemimpinnya Patrice Edouard Ngaissona telah melarikan diri.
Dikutip dari Reuters, Ahad (16/2), Kepala Jaksa setempat mengatakan bahwa Ngaissona adalah target utama yang harus ditahan. Sementara itu, pasukan militer Prancis telah mengerahkan 400 pasukan tambahan dari Chad dan Gabon sehingga pasukan yang bertugas di Afrika Tengah menjadi 2ribu pasukan.
Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves le Drian, sebelumnya, juga mengatakan pihaknya akan menambah pasukan militer karena tingkat kekerasan di Afrika Tengah itu meningkat. Militer Prancis yang telah dikerahkan sejak Desember lalu diterjunkan untuk membantu 5.500 pasukan militer dari Afrika.
Pertempuran di Afrika Tengah semakin meningkat. Akibatnya, banyak warga Muslim Afrika Tengah melarikan diri ke negara tetangga seperti Chad dan Kamerun.