REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Para pengungsi di posko yang ada di Kabupaten Malang, Jawa Timur (Jatim) membutuhkan bantal dan selimut.
Warga Kaumrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Ponimin (70 tahun) mengatakan, setelah erupsi Gunung Kelud terjadi Kamis (13/2) malam, ia langsung mengungsi dan tinggal di posko pengungsian Sekolah Dasar (SD) Pandesari 3, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang.
Selama tinggal di posko itu, ia mengaku bahwa semua kebutuhannya dilayani dengan baik, termasuk mandi cuci kakus (MCK), makanan, dan minuman. “Hanya saja jumlah tikar, selimut, dan bantal masih kurang,” ujarnya kepada Republika di tempat pengungsian SD Pandesari di Malang, Ahad (16/2).
Ia berharap jumlah tikar, selimut, dan bantal ditambah. Sementara itu, pengungsi lainnya bernama Sulistyia (50) mengatakan bahwa semua kebutuhan, baik makanan dan minuman telah dipenuhi. Ia menambahkan, masker gratis juga telah dibagi-bagikan untuk para pengungsi.
“Tetapi kalau boleh meminta, saya ingin ada handuk dan bantal. Selain itu jumlah MCK ditambah disini,” ujarnya.
Pantauan Republika di lapangan, makanan dan minuman di posko-posko pengungsian relatif cukup. Jumlah MCK idealnya juga perlu ditambah untuk mengurangi antrean. Namun yang paling urgen adalah jumlah tikar, bantar, dan selimut yang masih terbatas. Akibatnya, masih banyak pengungsi yang tidur di tikar tanpa memakai selimut. Padahal iklim di Malang cukup dingin.