Senin 17 Feb 2014 14:51 WIB

AS Kumpulkan Data Penyadapan Indonesia untuk Cegah Terorisme

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Muhammad Fakhruddin
Mata-mata dan penyadapan arus data dan komunikasi (ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA.CO.ID
Mata-mata dan penyadapan arus data dan komunikasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry memberikan komentarnya terkait informasi penyadapan Indonesia yang diberikan oleh Australia kepada Amerika. Kerry pun menyatakan bahwa Amerika tidak mengumpulkan data intelijen untuk persaingan perdagangan.

"Kami menganggap serius isu ini. Untuk itu Obama membuat beberapa pembaharuan terkait ini. Kami yakinkan kepada dunia bahwa hak mereka dilindungi. Namun, kita juga harus memanfaatkan perangkat ini untuk mencegah ancaman terorisme. AS tidak mengumpulkan data intelijen dalam persaingan perdagangan dan komersial," kata Kerry ketika menghadiri Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-4 Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa serta Menlu AS, Senin (17/2).

Komentar tersebut disampaikan setelah Edward Snowden, mantan intelejen NSA kembali membocorkan dokumen rahasia AS bertepatan saat kunjungan Kerry ke Jakarta.

Laporan penyadapan ini terkait aktivitas Australia yang menguping pembicaraan perusahaan hukum Amerika, Meyer Brown, yang mewakili Indonesia dalam sengketa perdagangan pada 2013 lalu. Sengketa perdagangan yang terjadi saat itu yakni terkait impor rokok filter dan impor udang.  

Dalam dokumen yang dibocorkan oleh mantan intelijen NSA Edward Snowden, Australia juga disebut-sebut telah membagi dokumen rahasia kepada Amerika terkait data enkripsi dari perusahaan telekomunikasi Indonesia, Indosat dan Telkomsel.

Pengungkapan terbaru ini muncul tiga bulan setelah permasalahan diplomatik antara Indonesia dan Australia, di mana Australia telah menyadap telepon seluler SBY serta istrinya dan beberapa pejabat lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement