REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Peneliti sejarah asal Belanda yang juga penulis buku tentang Tan Malaka, Harry A Poeze, mengatakan Tan Malaka tetaplah seorang pahlawan nasional meski namanya sempat terlupakan.
"Presiden Soekarno memberikan gelar pahlawan nasional kepada Tan Malaka pada tahun 1963. Itu inisiatif sendiri dari Soekarno karena jasa Tan Malaka terhadap Indonesia," katanya di Semarang, Senin (17/2) malam.
Hal itu diungkapkannya usai diskusi dan bedah buku "Tan Malaka: Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia" karyanya yang berlangsung di kampus Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro, Pleburan, Semarang.
Awalnya, diskusi itu berlangsung di Sekretariat Komunitas Seni Hysteria di Jalan Stonen, Gajahmungkur, Semarang, tetapi kemudian dipindah ke kampus FIB Undip karena mendapatkan penolakan sejumlah elemen masyarakat.
Namun, kata Poeze, selama lebih dari 30 tahun setelah pemberian gelar itu nama Tan Malaka dicoret dari pelajaran sejarah sehingga anak-anak sekolah tidak mengenal sosok Tan Malaka dalam buku sejarah yang mereka baca.
Meski demikian, ia menegaskan gelar pahlawan nasional yang diberikan kepada Tan Malaka oleh Pemerintah RI semasa Presiden Soekarno tidak bisa dicabut dan tetap bertahan sampai kapan pun, termasuk sekarang ini.
"Tidak bisa dicabut (gelar pahlawan nasional -red.). Dari tahun 1963 diberikan gelar hingga hari ini, Tan Malaka terus selalu sebagai pahlawan nasional," kata pria yang meneliti Tan Malaka sejak 41 tahun lalu itu.
Apalagi, kata dia, dengan semakin banyak ditemukannya fakta-fakta baru tentang Tan Malaka yang bisa meluruskan sejarah tentang sosok pahlawan nasional yang sempat 'tercoret' dari buku pendidikan sejarah itu.
Poeze mengatakan penggalian makam Tan Malaka yang berada di Kediri, Jawa Timur, menjadi rahasia terpenting dan menjadi tonggak untuk meluruskan kembali sejarah tokoh besar itu yang selama ini ternyata disalahpahami.
Ditanya terkait kesetiaannya meneliti sosok Tan Malaka yang sudah dijalaninya selama lebih dari 40 tahun, ia mengatakan ketertarikannya karena Tan Malaka merupakan sosok yang menarik dan juga dikenal di dunia internasional.
"Orang yang menarik karena dia (Tan Malaka -red.) dikenal di 12 negara dan aktif dalam lingkaran internasional. Diburu polisi rahasia dari berbagai negara, seperti Inggris, Belanda, Perancis, Cina, dan Jepang," katanya.
Setelah 20 tahun menjadi buronan berbagai negara karena pemikirannya yang tegas dan berani dalam menentang kolonialisme, kata dia, Tan Malaka kembali ke Indonesia, dan mulai banyak dikenal setelah proklamasi Indonesia.
"Yang jelas, rahasia terpenting Tan Malaka, yakni kuburan dan cara dia menemui ajal. Ini diperlihatkan dalam buku saya. Posisi jasad Tan Malaka dengan tangan terikat ke belakang, kemungkinan ditembak mati," kata Poeze.