REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Angela Merkel bertemu dengan dua pemimpin oposisi Ukraina, sebagai tanda dukungan. Namun, pertemuan tersebut tampaknya tidak memberikan dukungan konkret untuk permohonan pemimpin oposisi soal sanksi langsung kepada Presiden Viktor Yanukovich.
Ukraina telah terpukul oleh kerusuhan tiga bulan berkaitan dengan korupsi pemerintahan Yanukovich, yang dipicu oleh keputusannya untuk tidak mengejar perdagangan dan transaksi lain dengan Uni Eropa.
Oposisi Ukraina telah mendesak Uni Eropa untuk mendesak dukungan vokal demi perlawanan yang lebih demokrasi. Pada Senin (17/2), pihaknya juga mendesak Yanukovich untuk menerima pembatasan pada kekuasaannya yang akan memungkinkan untuk membentuk satu pemerintahan independen guna meredakan protes dan menyelamatkan perekonomian dari kehancuran.
Pada konferensi pers di parlemen Jerman, para pemimpin oposisi Vitaly Klitschko dan Arseny Yatsenyuk mengatakan mereka senang dengan pembicaraan dengan Merkel. Namun saat ditanya tentang tanggapannya untuk usulannya tentang sanksi, petinju yang berubah menjadi politikus Klitschko hanya menjawab: "Semua opsi ada di meja."
Andreas Schockenhoff, seorang anggota parlemen senior kubu konservatif Merkel yang menjadi tuan rumah dua pemimpin Ukraina, mengatakan bahwa sementara masih ada kesempatan yang realistis untuk mencapai politik kompromi dengan Yanukovich untuk mengakhiri konflik, "maka tidak akan tepat untuk memperkenalkan sanksi-sanksi tetapi tidak mengesampingkannya".
Klitschko dan Yatsenyuk menekankan perlunya bantuan ekonomi dari Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional - tetapi tidak untuk pemerintah Yanukovich."Kami sangat percaya bahwa kita mampu memperbaiki krisis ekonomi yang sangat dramatis ini," kata mantan menteri ekonomi Yatsenyuk.
"Rakyat Ukraina berjuang untuk kebebasan mereka dan kami akan berjuang sampai mencapai kemenangan."