REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beratnya badai ekonomi yang melanda Indonesia sepanjang 2013 memberi pengaruh terhadap kinerja perbankan. PT Bank CIMB Niaga Tbk juga ikut merasakan dampaknya. Perseroan membukukan laba bersih hingga akhir Desember 2013 Rp 4,3 triliun atau tumbuh satu persen.
Laba bersih didukung oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar empat pesen menjadi Rp 10,2 triliun dan pertumbuhan pendapatan nonbunga, yaitu sebesar delapan persen.
Direktur Keuangan CIMB Wan Razly mengatakan, 2013 merupakan tahun penuh tantangan lantaran adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 175 basis poin dan pengetatan likuiditas. "Sesuai setrategi, kami memperlambat kredit dengan menerapkan prinsip kehati-hatian," ujar Razly dalam paparan kinerja CIMB, Selasa (18/2).
Pertumbuhan kredit perseroan sepanjang 2013 hanya delapan persen menjadi Rp 156,9 triliun. Pertumbuhan ini jauh di bawah industri. Namun, perlambatan ini sesuai dengan himbauan Bank Indonesia (BI) agar perbankan menahan laju kredit di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil.
Pertumbuhan kredit didukung oleh sektor komersial yang tumbuh 13 persen menjadi Rp 34,92 triliun. Selain itu, kredit juga ditopang oleh sektor mikro, kecil dan menengah (SMME) yang tumbuh 13 persen menjadi Rp 31,06 triliun.
Sektor konsumer masih berkontribusi paling besar, yaitu Rp 47,8 triliun. Sementara itu, perseroan menahan laju kredit korporasi sebesar satu persen menjadi Rp 43,92 triliun.
Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) CIMB Niaga sesuai dengan pertumbuhan kredit perseroan, yaitu sebesar delapan persen. Per akhir 2013, DPK tercatat Rp 163,7 triliun. Perseroan berupaya mempertahankan pertumbuhan di dana murah, yaitu sebesar 10 persen menjadi Rp 72,03 triliun.
Tahun ini, CIMB Niaga memproyeksikan pertumbuhan kredit lebih lambat dibandingkan 2013. "Jika industri tumbuh 15 persen, kami mungkin tumbuh di bawahnya sedikit," kata Razly. Perseroan ingin mengelola kualitas kredit alih-alih menyalurkan kredit.
Perseroan juga akan menjaga kredit-kredit yang dirasa menguntungkan, seperti sektor SMME dan konsumer. Sesuai dengan target kredit, DPK akan dijaga pertumbuhannya di level yang sama. "Agar tidak terkena liquidity squeeze," kata Razly.
Aset CIMB Niaga tercatat tumbuh 11 persen menjadi Rp 163,7 triliun.