Rabu 19 Feb 2014 09:11 WIB

Theresa Corbin: Islam Memberikan Kenyamanan pada Perempuan

Theresa Corbin
Foto: facebook
Theresa Corbin

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Ia sadar agama yang paling masuk akal hanyalah Islam.

Perempuan cerdas ini selalu mempertanyakan hal-hal yang dirasanya tak masuk akal. Termasuk, tentang agamanya.

Theresa Corbin dilahirkan dari seorang ibu yang menjadi penganut Katolik taat serta ayahnya yang merupakan dokter hewan, tapi selalu menghabiskan waktu untuk mabuk-mabukan.

Sejak kecil, ia selalu menaruh minat yang berbeda dengan teman-temannya. Ketika anak seumurannya menghabiskan banyak waktu untuk bermain boneka barbie, ia justru banyak membaca buku. Buku yang banyak dibacanya termasuk buku agama karena ia bersekolah di sekolah Katolik.

Ia masih ingat dengan jelas. Saat itu, ia berusia 15 tahun dan sedang diberikan hukuman, kemudian ia merenung dan mempertanyakan tentang sifat sejati Yesus. Ia berlutut di bangku gereja setelah misa. Kemudian, pikiran yang mengusiknya mulai muncul.

Waktu-waktu selanjutnya dihabiskannya untuk banyak mencari informasi pada kebenaran agamanya, juga melakukan diskusi dengan teman sekamarnya saat duduk di bangku kuliah.

Dua orang muda ini sama-sama kritis dan selalu mempertanyakan apa yang mereka percaya selama ini.

Teman sekamarnya kemudian menemukan sebuah kesimpulan dari semua diskusi yang telah mereka berdua lakukan.

Dari semua nabi sebelum Muhammad, mereka datang dengan pesan yang sama, yaitu untuk membimbing umat manusia kembali pada kebenaran.

Nabi Muhammad datang sebagai nabi yang terakhir untuk menyempurnakan semua pesan tersebut. "Hingga sekarang, pesan tersebut masih bisa kita verifikasi kebenarannya dalam Alquran yang tidak pernah berubah isinya dari zaman dulu hingga sekarang," katanya.

Berdasarkan kesimpulan tersebut, temannya kemudian yakin dan masuk Islam. Corbin belum. Ia masih belum mantap untuk masuk Islam kala itu dan justru bersikap sinis pada temannya yang telah masuk Islam dan memakai jilbab. Corbin justru condong kepada keyakinan Yahudi.

Suatu saat, ia mengajukan pertanyaan kepada temannya tersebut, mengapa ia memakai jilbab? Temannya pun menjawab dengan kalimat yang sederhana.

"Ini menandakan saya adalah seorang wanita yang harus dihormati dan tidak dilecehkan. Saya bisa melindungi diri dari pandangan nafsu laki-laki. Saya bisa membuka aurat saya kepada laki-laki yang saya pilih nanti," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement