REPUBLIKA.CO.ID, VIENNA -- Iran mengatakan pada Selasa (18/2) waktu setempat tidak akan membongkar satu pun fasilitas nuklirnya. Pernyataan yang disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi ini dinilai merupakan penolakan terhadap permintaan sentral dari enam negara, Amerika Serikat, Rusia, China, Inggris, Perancis dan Jerman.
Iran berkeras mengatakan tidak tertarik untuk memproduksi senjata nuklir seperti yang dituduhkan. Tapi pihak enam negara meminta pernyataan mereka dibuktikan dengan ikut konsesi. Araghchi mengatakan pembicaraan mereka adalah awal yang sangat baik. ''Kita telah menyelesaikan banyak hal,'' kata dia.
Dalam konsesi ini mereka mencari kesepakatan yang membuat Iran hanya memiliki kapasitas kecil dalam mengurus fasilitas nuklirnya.
Mereka meminta Iran membongkar atau menyimpan sebagian dari 20 ribu alat pengaya uraniumnya. Mereka juga menuntut agar reaktor Iran yang sekarang sedang dibangun dihapus saja atau diubah pengaturannya dari air berat ke air ringan sehingga hanya menghasilkan sedikit uranium.
Tapi Araghchi membantahnya. ''Membongkar program nuklir tidak ada dalam agenda,'' kata dia kepada wartawan di Wina seperti dikutip dari kantor berita AP.
Iran sendiri masih terjebak dalam sanksi industri minyak dan sektor keuangan. Pembatasan aktifitas nuklir Iran akan mengurangi sanksi bagi mereka. Pembicaraan resmi kesepakatan dipimpin oleh Catherine Ashton , pejabat kebijakan luar negeri Uni Eropa dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif. Perwakilan enam negara penuntut juga turut hadir.