REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang baru, Din Syamsuddin diminta mengurangi keluarkan pernyataan kontroversial terkait politik praktis.
"Pak Din ini kan vokal sekali. Namun, sebagai ketua MUI baru beliau sudah menjadi bapak umat Islam Indonesia. Beliau harus bisa //ngemong// umat Islam dari manapun latar belakangnya," ujar Sekretaris Jenderal Hidayatullah Abu A'la, Rabu (19/2).
Menurut Abu, masih ada sejumlah isu keumatan yang perlu dibenahi dan didorong Din, seperti jilbab Polwan, kehalalan dan kegiatan dakwah di pedalaman. Upaya menggiatkan dakwah ke pedalaman perlu didukung dan diutamakan.
Abu mengatakan pemahaman masyarakat di pedesaan mengenai Islam masih sangat minim. Mereka memahami Islam secara sederhana. Wawasan kegolongan pun masih tinggi. "Membangun umat dengan pemahaman seperti ini sulit. Konsep pendidikan Islam, mulai dari akhlak, ibadah dan syariah harus lengkap," ujarnya.
Abu mengaku senang dengan terpilihnya ketua PP Muhammadiyah tersebut sebagai ketua MUI. Dia berharap Din bisa merangkul semua golongan, terutama golongan Nahdiyin. Dengan posisi sebagai ketua MUI Din diharapkan menjadi pihak yang netral.
Terkait penetapan Hari Raya Idul Fitri yang kerap kali berbeda, Abu menambahkan hal itu menjadi tantangan bagi Din. Dia berharap MUI mendorong agar Hari Raya Idul Fitri bisa dirayakan bersama-sama. "Muhammadiyah selama ini //keukeuh// sekali. Sebenarnya banyak pihak sudah mendukungagar hari raya dilaksanakan pada satu hari yang sama. Ini tantangan, kalau bisa (Din) bisa menyatukan ini luar biasa," katanya.
Din menggantikan KH Sahal Mahfudz yang meninggal dunia pada Jumat, 24 Januari 2014. Keputusan penggantian ditetapkan pada rapat pimpinan MUI yang diselenggarakan pada Selasa (18/2).